Page 30 - Pemikiran Agraria Bulaksumur, Telaah Awal Atas Pemikiran Sartono Kartodirdjo, Masri Singarimbun dan Mubyarto
P. 30
Pendahuluan
lembaga, panitia ini juga berhasil menerbitkan sekitar 30 hasil
riset, diantaranya beberapa studi desa di Jawa yang semua me-
nunjukan adannya stratifikasi sosial dan ketimpangan yeng
berhubungan dengan akses terhadap tanah—bukanya shared pov-
erty atau pemerataan kemiskinan—sebagai basis strukturnya
(White, 2006).
Pada awal tahun 1970-an beragam lembaga atau pusat studi
didirikan di berbagai kampus termasuk lembaga studi pedesaan.
Di Bogor (IPB) didirikan Lembaga Penelitian Sosiologi Pedesaan
pada tahun 1972 dikepalai oleh Sajogyo. Sementara di Yogyakarta
(UGM) didirikan pula Lembaga Studi Pedesaan dan Kawasan
8
(LSPK) pada 1973 yang dipimpin oleh sejarawan Sartono Karto-
dirdjo. Sartono dengan gigih memelopori kajian sejarah petani
under ground, berlawanan dengan arus utama sejarah yang meng-
agungkan raja, pengeran, hulubalang, permaisuri, selir, dan
harem. Berbeda pula dari mainstream historiografi Indonesia saat
itu yang cukup kuat political touch-nya, ia membawa pendekatan
sosial ekonomi (selanjutnya pendekatan multidimensional) a la
mazhab Annales-Perancis dalam khasanah historiografi baru di
Indonesia.
Mubyarto bersama koleganya, Loekman Sutrisno, juga sering
menulis tentang masalah kemiskinan pedesaan. Semua kerja ini
membuka jalan, secara hati-hati, terhadap legitimasi diskusi
akademik dan kebijakan tentang topik tersebut. Hasilnya terlihat
pada pemilihan tema peka “Kemiskinan Struktural” untuk
konferensi nasional Perhimpunan Pengembangan Ilmu-ilmu
8 Kini bernama Pusat Studi Pedesaan dan Kawasan (PSPK). Sejak awal
pendiriannya, PSPK telah beberapa kali mengalami perubahan nama. Lihat
tulisan Tarli Nugroho mengenai pemikiran Mubyarto dalam buku ini.
11