Page 177 - Politik Kelembagaan Agraria Indonesia: Jalan Terjal Pembentukan Kelembagaan dan Kebijakan Agraria, 1955-2022
P. 177

Politik Kelembagaan Agraria Indonesia

                                   sambil wait and see sampai ada juga yang mencabut tanah
                                   seenaknya sendiri, ada juga yang masih konsekuen dan
                                   semangat tetapi tidak ada biaya.
                              Dengan melihat berbagai bentuk konkret dari pengaruh negatif
                              tersebut, maka sebenarnya masa 6 bulan ditahun 1967 adalah
                              masa yang sangat tragis, menyedihkan, dan suram. Kelanjutan
                              pelaksanaan landreform juga merupakan testing periode bagi
                              apartaur agraria dalam melaksanakan tugasnya.

                              … Untuk mencegak lenyapnya pengertian masyarakat mengenai
                              landreform, telah dilakukan berbagai usaha antara lain:

                              1 Mengadakan briefing dengan para Kinag (Kepala Inspeksi
                                Agraria) seluruh Indonesia;

                              2 Memberikan pengertian tentang tetap diteruskannya program
                                pelaksanaan landreform kepada pejabat-pejabat agraria yang
                                kebetulan datang ke direktorat landreform;

                              3 Mengadakan survei ke daerah (Jawa Tengah, Jawa Timur,
                                Sumatera Utara) untuk memberi penegasan mengenai tetap
                                diteruskanya  landreform  dan  menerbitkan  Penyuluh
                                Landreform (Penyuluh Landreform, Edisi Hari Tani, Septem-
                                ber 1967).

                              Gambaran di atas sebenarnya menunjukkan kondisi
                          real  tentang  problematis  dan  sulitnya  menjalankan
                          landreform pasca peristiwa 1965. Dari sisi kebijakan, pe-
                          merintah  pusat  tetap  menghendaki  landreform  dija-
                          lankan, namun dari sisi dana, SDM, dan politik-keamanan
                          untuk mendukung menjalankan kebijakan tersebut tidak
                          memadai. Begitu juga persoalan  ancaman kepada para
                          panitia landreform dengan berbagai tuduhan dari tuan
                          tanah atau pihak-pihak yang merasa dirugikan atas kebi-
                          jakan landreform membuat nyali sebagian penyelenggara
                          menciut.

                                                                             141
   172   173   174   175   176   177   178   179   180   181   182