Page 224 - Politik Kelembagaan Agraria Indonesia: Jalan Terjal Pembentukan Kelembagaan dan Kebijakan Agraria, 1955-2022
P. 224

M. Nazir Salim, Trisnanti Widi R, Diah Retno W.

                        menata struktur penguasaan tanah dengan program uta-
                        manya landreform dan pembaharuan hukum (adat) seba-
                        gai basisnya, secara perlahan menggeser menata agraria
                        dan hak atas tanah masyarakat, atau lebih tepat disebut
                        dengan menata administrasi pertanahan lewat legalisasi
                        hak atas tanah masyarakat. UUPA memerintahkan, hu-
                        kum adat menjadi prioritas untuk menjawab kebutuhan
                        kelembagaan masing-masing,  karena UUPA  mengede-
                        pankan hukum adat sebagai basis pengelolaannya karena
                        hanya dasar itulah yang sesuai dengan kepribadian bangsa
                        Indonesia. Akan tetapi, setelah lima tahun membangun
                        direktorat penelitian, tampaknya gagal untuk mengha-
                        silkan hukum adat seperti apa yang bisa digunakan seba-
                        gai sumber  hukum dalam  mengelola persoalan  agraria
                        Indonesia. Ada banyak kesulitan dalam merumuskan sis-
                        tem adat yang berlaku di Indonesia untuk menjadi satu
                        peraturan nasional, karena masing-masing memiliki perbe-
                        daan atau keunikan dalam praktiknya (Harsono, 1976).



                        H. Tata Guna Tanah (Land Use Planning): Isu Seksi
                           di Dirjen Agraria
                            Istilah land use planning baru dikenal pertama  kali
                        dalam khasanah kelembagaan  agraria Indonesia  lewat
                        Ketetapan MPRS No. XXIII/MPRS/1966 tentang Pemba-
                        haruan Kebijaksanaan Landasan Ekonomi, Keuangan dan
                        Pembangunan. Dalam Pasal 31 disebutkan “Pelaksanaan
                        transmigrasi  perlu diperhebat  dan penyelesaian  land-
                        reform/landuse dipecjepat”. Secara teori konsep land use
                        tentu saja sudah ada, namun pemerintah menyebut hal

                         188
   219   220   221   222   223   224   225   226   227   228   229