Page 239 - Politik Kelembagaan Agraria Indonesia: Jalan Terjal Pembentukan Kelembagaan dan Kebijakan Agraria, 1955-2022
P. 239

Politik Kelembagaan Agraria Indonesia

                          dalam catatan sejarah, transmigrasi sudah pernah dilaku-
                          kan sejak masa kolonial dan periode 1950an oleh Sukarno,
                          misalnya  sejak  dicanangkan  oleh  Sukarno  1947-1953,
                          Sukarno  berhasil  menjalankan  transmigrasi  dengan
                          memindahkan  sejumlah  40  ribu  orang  ke  Sumatera
                          Selatan (Levang, 2003).
                              Program transmigrasi Orde  Baru kemudian dilaku-
                          kan secara bertahap mulai tahun 1969 dan kemudian men-
                          jadi  program utama  pemerintah dalam  Repelita I  dan
                          Repelita seterusnya pada masa Orde  Baru (Dewi, 2015;
                          Legiani et al., 2018). Sejak tahun 1972 dikeluarkannya UU
                          No. 3 Tahun 1972 tentang Ketentuan-Ketentuan  Pokok
                          Transmigrasi yang isinya menjelaskan secara detail moti-
                          vasi dan tujuan transmigrasi. Keluarnya UU tersebut seka-
                          ligus mengakhiri ketidakjelasan kelembagaan transmigrasi
                          yang selama ini ada, karena berpindah dari satu kemen-

                          terian ke kementerian lain, akibat ketiadaannya UU yang
                          menaunginya. Sebelum muncul UU No. 3/1972, transmig-
                          rasi di  bawah Kementerian Transmigrasi dan  Koperasi
                          kemudian pada tahun 1973 kembali berubah menjadi Ke-
                          menterian Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Koperasi. Sam-
                          pai  periode  Kabinet  Pembangunan  Soeharto  ke  VII,
                          Kementerian Transmigrasi selalu muncul dalam nomen-
                          klatur kabinet pemerintah Soeharto.
                              Pada periode akhir 1960an, banyak pihak menyebut,
                          sejak tahun 1968 kebijakan landreform mulai surut dan
                          lebih pada pekerjaan administratif.  Dirjen Agraria juga
                          lebih banyak menyelesaikan persoalan sisa redis masa lalu,
                          ganti rugi, dan penataan tanah yang belum selesai periode

                                                                             203
   234   235   236   237   238   239   240   241   242   243   244