Page 245 - Politik Kelembagaan Agraria Indonesia: Jalan Terjal Pembentukan Kelembagaan dan Kebijakan Agraria, 1955-2022
P. 245

Politik Kelembagaan Agraria Indonesia

                          jakan transmigrasi di Indonesia, karena infrastrukturnya
                          belum memadai,  sehingga tak  jarang dalam beberapa
                          praktik muncul kasus pemaksaan dan intimidasi. Namun
                          demikian, pelaksana kebijakan transmigrasi bukan bagian
                          langsung  dari  kelembagaan  agraria, melainkan  diurus
                          langsung oleh  Kementerian Transmigrasi,  khususnya
                          dalam hal pengurusan  peserta transmigrannya (manu-
                          sianya). Mungkin  saja mengurus manusianya atau me-
                          mindahkan  manusia  dari  satu  tempat  ke  tempat  lain
                          adalah pekerjaan yang rumit dan sulit. Levang berkomen-
                          tar atas  kebijakan pemindahan  manusia dalam kesim-
                          pulannya yang menarik, “pada zaman orang percaya bahwa
                          keyakinan dapat  memindahkan gunung, dan  proyek-
                          proyek mustahil bermunculan. Sayangnya, ternyata lebih
                          mudah  memindahkan gunung daripada memindahkan
                          transmigran” (Levang, 2003).
                              Dalam perkembangannya, transmigrasi tidak berjalan
                          dengan baik-baik saja, ada banyak persoalan yang muncul
                          hingga  sekarang akibat  kebijakan  masa  lalu yang  tak
                          terselesaikan,  khususnya di  bidang tanah/hunian  dan
                          lahan garapannya. Temuan penulis dalam berbagai studi
                          di  Sumatera Selatan,  Jambi, Sumatera Barat, dan Riau
                          mengkonfirmasi bahwa banyak tanah transmigrasi masa
                          lalu yang belum diselesaikan dengan berbagai persoalan.

                              Temuan penulis sedikitnya muncul sepuluh problem
                          di lapangan: pertama: terdapat lahan transmigrasi yang
                          statusnya belum dikeluarkan dari kawasan hutan; kedua,
                          terdapat tanah  transmigrasi  dengan  status HPL  milik
                          pemda yang terdapat tanah sisa kemudian dimanfaatkan

                                                                            209
   240   241   242   243   244   245   246   247   248   249   250