Page 250 - Politik Kelembagaan Agraria Indonesia: Jalan Terjal Pembentukan Kelembagaan dan Kebijakan Agraria, 1955-2022
P. 250

M. Nazir Salim, Trisnanti Widi R, Diah Retno W.

                        bangun sistem administrasi pertanahannya. Proyek ini
                        dikerjakan  secara bersama antara Pemerintah Kerajaan
                        Thailand, Bank Dunia, Pemerintah Australia yang menye-
                        diakan  dana  dan  personel,  dan  dengan  Badan  Pem-
                        bangunan Internasional Australia (AusAID) yang mema-
                        sok bantuan teknis dan program pelatihan ke Departemen
                        Pertanahan Thailand. Menurut Rattanabirabongse et al.
                        (1998), setelah beberapa tahun dijalankan proyek land ti-
                        tling tersebut, Thailand dianggap sangat sukses dan mem-
                        buat Bank Dunia  memuji kinerja  yang dilakukan  oleh
                        Thailand.
                            Indonesia dengan PRONA-nya tetap berjalan, walau
                        lambat namun  tetap menjadi  program andalan  Dirjen
                        Agraria. Hal ini juga menandai bahwa, persoalan hak atas
                        tanah saat itu menjadi isu utama karena pertumbuhan
                        ekonomi  menuntut perubahan  kebijakan dalam  pem-

                        bangunan.  Setelah sekian  tahun Indonesia  bertumpu
                        pada pembangunan  secara mandiri  dan  hanya  sedikit
                        melibatkan pihak swasta, tahun 1980-an adalah periode
                        kran ekonomi pasar dibuka lebar. Artinya tanah menjadi
                        persoalan krusial di dalam akses ekonomi pasar, sehingga
                        kebijakan sertifikasi tanah dianggap kebijakan yang tepat.
                        Dan benar demikian, Indonesia kemudian menjadi salah
                        satu negara dengan tujuan investasi bagi negara-negara
                        maju  untuk membangun industri yang membutuhkan
                        banyak infrastruktur dan tanah, dan pembukaan perke-
                        bunan skala besar secara masif. Periode 1980-an dianggap
                        sebagai periode investasi adalah segalanya bagi Orde Baru
                        karena ingin membangun  mimpi-mimpinya yang didu-

                         214
   245   246   247   248   249   250   251   252   253   254   255