Page 254 - Politik Kelembagaan Agraria Indonesia: Jalan Terjal Pembentukan Kelembagaan dan Kebijakan Agraria, 1955-2022
P. 254

M. Nazir Salim, Trisnanti Widi R, Diah Retno W.

                        lebih fokus pada persoalan administrasi pertanahan untuk
                        mendukung pembangunan. Anggapannya, sistem admi-
                        nistrasi pertanahan yang baik akan memudahkan peme-
                        rintah dalam menjalankan program pembangunan.


                        A. Perubahan Kebijakan: Administrasi Pertanahan
                           untuk Mendukung Pembangunan

                            Sebagai suatu lembaga yang sebelumnya hanya berada
                        di bawah Kementerian Dalam Negeri, tahun 1988 menjadi
                        tonggak bersejarah bagi kelembagaan agraria di Indone-
                        sia, yang ditandai dengan terbitnya Keputusan Presiden
                        No. 26 Tahun 1988 tentang  Badan Pertanahan Nasional.
                        Terbitnya Keputusan Presiden ini mengubah bentuk lem-
                        baga agraria yang sebelumnya berupa Direktorat Jenderal
                        di bawah Kementerian Dalam Negeri menjadi Badan Per-
                        tanahan Nasional yang bertanggung jawab langsung kepa-
                        da Presiden. Secara operasional Badan Pertanahan Nasio-
                        nal dimulai pada tanggal 21 November 1988 yakni pada
                        saat penunjukan dan pelantikan Kepala Badan Pertanahan
                        Nasional.

                            Perubahan bentuk kelembagaan ini dilatarbelakangi
                        oleh karena meningkatnya pembangunan nasional yang
                        menjadi  isu  utama  dalam  pertumbuhan dan  kegiatan
                        perekonomian pada periode Orde Baru. Kondisi tersebut
                        mengakibatkan  kebutuhan  akan  tanah  juga  semakin
                        meningkat.  Dengan  permintaan  tanah  yang  semakin
                        tinggi, maka persoalan yang dihadapi Direktorat Jenderal
                        Agraria bertambah berat dan kompleks. Untuk mengatasi
                        hal tersebut,  status Direktorat Jenderal Agraria diting-

                         218
   249   250   251   252   253   254   255   256   257   258   259