Page 289 - Politik Kelembagaan Agraria Indonesia: Jalan Terjal Pembentukan Kelembagaan dan Kebijakan Agraria, 1955-2022
P. 289

Politik Kelembagaan Agraria Indonesia

                          cermat terhadap struktur penguasaan agraria terbaru ter-
                          masuk penataan ulang, jika tidak dilakukan terlebih da-
                          hulu akan berpotensi menimbulka dampak negatif. Salah
                          satu di antaranya adalah berpotensi mengurangi kepeka-
                          an terhadap  golongan  miskin  terkini,  dan  berpotensi
                          gagalnya transfer “kekuasaan”.


                          D. Orde Reformasi 1998, Wacana Pembubaran BPN,
                             Konflik Agraria, dan Pembaharuan Agraria

                              Tahun 1998 adalah periode suram dalam sejarah ke-
                          lembagaan agraria Indonesia, namun demikian periode
                          ini “seharusnya” membawa berkah bagi kelembagaan ag-
                          raria Indonesia. Iklim dan politik berubah drastis dan per-
                          lawanan rakyat terhadap negara  dalam bidang  agraria
                          cukup tinggi akibat dominannya negara terhadap masya-
                          rakat. Di berbagai wilayah konflik agraria meletus dengan
                          berbagai problemnya,  mulai Jawa,  Sumatera, dan Sula-
                          wesi, dan Indonesia bagian timur lainnya. Persoalan terse-
                          but sebagai  konsekuensi kebijakan politik agraria  Orde
                          Baru yang sentralistik dan pelayan pembangunan tanpa
                          mengindahkan suara dan kehendak masyarakat. Dampak-
                          nya, berbagai konflik agraria struktural meluas ke berba-
                          gai wilayah Indonesia (Lucas & Warren, 2013; Rachman,
                          2013b; Salim, 2014). Otoritarianisme bercokol dengan ko-
                          koh, tentara dan polisi serta birokrasi tak bisa menghindar
                          dan harus mendukung dengan kokoh pula atas kemauan
                          negara.

                              Pada Mei 1998, saat Soeharto tumbang, situasi sosial
                          politik di Indonesia sangat chaos dan kerusuhan terjadi

                                                                             253
   284   285   286   287   288   289   290   291   292   293   294