Page 291 - Politik Kelembagaan Agraria Indonesia: Jalan Terjal Pembentukan Kelembagaan dan Kebijakan Agraria, 1955-2022
P. 291

Politik Kelembagaan Agraria Indonesia

                          Kabinet Persatuan telah diumumkan oleh Wakil Presiden
                          dan  memangkas beberapa  kementerian yang  dianggap
                          menjadi beban sejarah bagi negara, di antaranya Depar-
                          temen Penerangan  dan Departemen  Sosial. Saat yang
                          sama, Gus Dur tidak melantik Kementerian Negara Ag-
                          raria/Badan Pertanahan Nasional dan membiarkan lem-
                          baga agraria vakum  beberapa  waktu.  Sempat  beredar
                          dengan  kencang,  Gus  Dur  akan  membubarkan  BPN,
                          karena pasca  pelantikan kabinet,  Ryaas Rasyid sebagai
                          orang kepercayaan Gus Dur dan pakar otonomi daerah
                          memberikan keterangan pers saat ditanya oleh wartawan
                          tentang nasib BPN. “Ada wacana beberapa lembaga kewe-
                          nangannya akan diserahkan kepada daerah, sebagaimana
                          UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (UU
                          Otonomi Daerah) sehingga sampai sekarang belum dipu-
                          tuskan beberapa lembaga”. Pernyataan Ryaas Rasyid kemu-
                          dian menjadi isu liar di luar dan banyak pihak mengira
                          Gus Dur akan membubarkan BPN, karena di luar muncul
                          banyak kabar berita yang menyampaikan kalau Gus Dur
                          ingin membubarkan BPN, sebab dianggap gagal menja-
                          lankan amanat UUPA (landreform).

                              Eksistensi  kelembagaan agraria  yang  digugat  dan
                          dipertanyakan menjadikan beberapa elite BPN dan staf
                          gelisah, karena dibayangi ketakutan akan dibubarkannya
                          BPN sebagaimana Depsos dan Deppen. Kerisauan itu me-
                          ningkat karena wacana di publik tuntutan desentralisasi
                          terus menguat dan pemerintah harus merespon tuntutan
                          tersebut. Salah satunya yang masuk pertimbangan adalah
                          mendesentralisasikan kewenangan BPN kepada pemda

                                                                             255
   286   287   288   289   290   291   292   293   294   295   296