Page 294 - Politik Kelembagaan Agraria Indonesia: Jalan Terjal Pembentukan Kelembagaan dan Kebijakan Agraria, 1955-2022
P. 294

M. Nazir Salim, Trisnanti Widi R, Diah Retno W.

                            Keputusan  di  atas  belum  menghentikan  wacana
                        desentralisasi terkait BPN dan  tuntutan terus  diwaca-
                        nakan oleh berbagai pihak.  Hal itu bisa dibaca dengan
                        perubahan Keppres yang menempatkan BPN di bawah
                        pimpinan Depdagri,  karena jika BPN diserahkan kewe-
                        nangannya kepada daerah, akan lebih mudah mengkoor-
                        dinasikannya,  sehingga  jabatan  itu  perlu  ditegaskan
                        dalam Keppres dengan menyebut pimpinan BPN adalah
                        Menteri Dalam Negeri. Hal itu bisa dimaknai, Gus Dur
                        belum sepenuhnya menolak atau menerima pelimpahan
                        wewenang agraria diserahkan kepada daerah.
                            Akhirnya, pada Juli 2000, Gus Dur kembali menge-
                        luarkan Keppres No. 95 Tahun 2000 tentang Badan Perta-
                        nahan  Nasional yang  menegaskan perdebatan  terkait
                        wacana pelimpahan BPN ke daerah dengan mengukuh-
                        kan BPN sebagai lembaga yang eksistensinya tidak perlu

                        diperdebatkan lagi. Dalam pertimbangan keppres dinya-
                        takan “tanah adalah kekayaan nasional dan modal dasar
                        pembangunan, memiliki dimensi sosial budaya, ekonomi,
                        politik,  dan  pertahanan  keamanan berkembang  pesat
                        menjadi persoalan lintas sektoral dan wilayah, sehingga
                        pengelolaannya harus dilaksanakan secara komprehensif;
                        dalam pengelolaannya diperlukan kebijakan secara nasio-
                        nal yang berfungsi sebagai pedoman operasional di daerah
                        untuk menjaga kesatuan, kesederhanaan, dan kepastian
                        hukum; sehubungan hal tersebut, dalam rangka pelaksa-
                        naan otonomi daerah dan menghadapi persaingan glo-
                        bal, perlu dilakukan penataan kembali kedudukan, tugas,
                        fungsi, susunan organisasi, dan tata kerja”. Keputusan ter-

                         258
   289   290   291   292   293   294   295   296   297   298   299