Page 299 - Politik Kelembagaan Agraria Indonesia: Jalan Terjal Pembentukan Kelembagaan dan Kebijakan Agraria, 1955-2022
P. 299

Politik Kelembagaan Agraria Indonesia

                          E. RALAS: Upaya Memulihkan Tanah dan Administrasi
                             Pertanahan Aceh Pasca Tsunami
                              Bencana  alam gempa  dan tsunami  yang terjadi  di
                          wilayah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD-Aceh)
                          dan Kepulauan Nias pada tahun 2004 merupakan bencana
                          yang bersifat multidimensional. Pasca mitigasi bencana,
                          Presiden Susilo Bambang Yodhoyono mengeluarkan Per-
                          pres No. 30 Tahun 2005 tentang Rencana Induk Rehabili-
                          tasi dan Rekonstruksi Wilayah dan Kehidupan Masyarakat
                          Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Kepulauan Nias
                          Provinsi Sumatera Utara. Perpres ini menjadi sandaran
                          bagi banyak kebijakan di Aceh pasca tsunami, termasuk
                          urusan persoalan administrasi pertanahan.

                              Bencana di Aceh dan Nias selain membawa korban
                          harta benda dan jiwa, juga menimbulkan permasalahan
                          lain, salah satu di antaranya adalah rusaknya sistem admi-
                          nistrasi pertanahan di kedua lokasi bencana. Rusaknya
                          administrasi pertanahan tersebut disebabkan karena rusak
                          dan hilangnya batas fisik kepemilikan tanah masyarakat,
                          tanah musnah karena kenaikan muka air laut, hilang dan
                          rusaknya berkas-berkas alas hak atas tanah masyarakat
                          baik  buku tanah  yang disimpan  di kantor  pertanahan
                          maupun sertipikat tanah yang disimpan oleh masyarakat.
                          Hal ini tentu saja menimbulkan keresahan tersendiri bagi
                          masyarakat korban bencana, karena kepastian hak pro-
                          perti mereka atau aset-aset yang dimiliki menjadi tidak
                          jelas statusnya.

                              Akibat bencana alam tersebut pula yang kemudian
                          melatarbelakangi dilaksanakannya proyek ajudikasi untuk

                                                                             263
   294   295   296   297   298   299   300   301   302   303   304