Page 313 - Politik Kelembagaan Agraria Indonesia: Jalan Terjal Pembentukan Kelembagaan dan Kebijakan Agraria, 1955-2022
P. 313

Politik Kelembagaan Agraria Indonesia

                          bagaan agraria di daerah. Di dalam Perpres No. 17 disebut-
                          kan, susunan organisasi  Kementeria ATR terdiri atas  1
                          Sekretariat Jenderal, 7 Direktorat Jenderal, 1 Inspektorat,
                          dan 3 Staf Ahli, sebagaimana berikut: Sekretariat Jenderal;
                          Dirjen  Tata  Ruang;  Dirjen  Infrastruktur  Keagrariaan;
                          Dirjen Hubungan Hukum Keagrariaan; Dirjen Penataan
                          Agraria; Dirjen Pengadaan Tanah; Dirjen  Pengendalian
                          Pemanfaatan Ruang dan Penguasaan Tanah; Dirjen Pe-
                          nanganan  Masalah  Agraria,  Pemanfaatan  Ruang  dan
                          Tanah; Inspektorat Jenderal; Staf Ahli Bidang Landreform
                          dan Hak Masyarakat atas Tanah; Staf Ahli Bidang Masya-
                          rakat  Adat dan  Kemasyarakatan; dan Staf Ahli  Bidang
                          Ekonomi Pertanahan.
                              Era baru kelembagaan agraria menandai sebuah perio-
                          de baru dengan segala produk kebijakan yang baru pula.
                          Kini kelembagaan agraria (BPN) menjadi sebuah kemen-

                          terian  (Kementerian ATR/BPN) sebagaimana dituntut
                          oleh banyak pihak sebelumnya. Setelah sekian tahun apa-
                          kah yang diharapakan oleh banyak pihak untuk mening-
                          katkan kelembagaan agraria telah terjadi? Sejarah telah
                          mencatatkan, ada  banyak hal  yang berhasil dilakukan
                          sebagai sebuah produk kebijakan, namun banyak juga hal-
                          hal yang belum berhasil dikerjakan (Salim, Utami, et al.,
                          2021; Salim & Utami, 2019). Persoalannya tidak semudah
                          membayangkan dengan niat baik dan mengubah kelem-
                          bagaannya. Perluasan kewenangan yang diberikan tidak
                          pula dengan mudah untuk dijalankan  kebijakan-kebi-
                          jakan yang selama ini dituntut oleh banyak pihak, teru-
                          tama ketimpangan dan penataan penguasaan tanah (M.

                                                                             277
   308   309   310   311   312   313   314   315   316   317   318