Page 332 - Politik Kelembagaan Agraria Indonesia: Jalan Terjal Pembentukan Kelembagaan dan Kebijakan Agraria, 1955-2022
P. 332

M. Nazir Salim, Trisnanti Widi R, Diah Retno W.

                        yang menyebutkan sekitar 25.863 desa di dalam dan di
                        sekitar kawasan hutan yang terdiri atas 9,2 juta rumah
                        tangga (Winata, 2019). Persoalan tersebut perlu mendapat
                        perhatian karena penguasaan dan klaim tanah tersebut
                        dapat menimbulkan permasalahan dikemudian hari baik
                        oleh individu,  masyarakat,  maupun  klaim-klaim  yang
                        dilakukan masyarakat adat yang menuntut pengakuan
                        haknya (van der Muur, 2018). Klaim-klaim ini bukan hanya
                        ada dalam hutan  produksi terbatas dan hutan  lindung
                        untuk buffer zone, tetapi juga dalam kawasan hutan kon-
                        servasi (Hein et al., 2016) yang peruntukannya untuk men-
                        jaga keanekaragaman tumbuhan dan satwa.

                            Atas dasar realitas tersebut, Menteri LHK kemudian
                        mengeluarkan kebijakan untuk menyelesaikan masalah
                        tersebut  dengan  merujuk  pada  Perpres  No.  88/2017
                        dengan menetapkan lokasi prioritas yang akan dijadikan
                        target PPTKH. Pada awal tahun 2018 sebanyak 159 kabu-
                        paten/kota dari 26 provinsi ditetapkan sebagai sasaran
                        pelaksanaan PPTKH dengan target seluas 1.690.327 hektar
                        (Utami et al., 2018).  Namun, terhitung  sejak  diterbit-
                        kannya perpres tersebut dan aturan pelaksanaannya (Per-
                        menko No. 3/2018) hingga akhir tahun 2018, belum ada
                        kabupaten yang berhasil menyelesaikan Inventarisasi dan
                        Verif ikasi  Penguasaan Tanah  dalam  Kawasan  Hutan
                        (Inver  PTKH).  Baru  kemudian  berdasarkan  laporan
                        KLHK, mulai tahun 2020 dan 2021, sudah mulai kelihatan
                        progresnya  di  beberapa  kabupaten/kota yang  berhasil
                        menyelesaikan inver  PTKH.  Hasil  tersebut  kemudian
                        dilanjutkan pada SK Tata  Batas/Perubahan  Batas dan


                         296
   327   328   329   330   331   332   333   334   335   336   337