Page 336 - Politik Kelembagaan Agraria Indonesia: Jalan Terjal Pembentukan Kelembagaan dan Kebijakan Agraria, 1955-2022
P. 336

M. Nazir Salim, Trisnanti Widi R, Diah Retno W.

                        3. Program pemerintah untuk pencadangan sawah baru;
                        4. Permukiman transmigrasi beserta fasos dan fasumnya
                           yang sudah memperoleh persetujuan prinsip;

                        5. Permukiman, fasilitas sosial dan fasilitas umum;
                        6. Lahan garapan berupa sawah dan tambak rakyat; atau
                        7. Pertanian lahan  kering yang  menjadi sumber mata
                           pencaharian  utama  masyarakat  setempat  (Salim,
                           Wulan, et al., 2021).

                            Skema PPTKH yang  menggunakan sumber  TORA
                        berasal dari pelepasan kawasan hutan ditempuh dengan
                        mekanisme perubahan batas kawasan hutan. Artinya dari
                        ketujuh kriteria di atas, hanya kriteria 4-7 yang penye-
                        lesaiannya menggunakan skema PPTKH. Penerima TORA
                        dari kawasan hutan yang berasal  dari perubahan batas
                        kawasan hutan adalah perorangan yang memiliki identitas
                        kependudukan; instansi baik instansi pemerintah pusat
                        atau instansi pemerintah daerah; badan hukum sosial/
                        keagamaan yang terdaftar sesuai ketentuan peraturan
                        perundang-undangan; atau masyarakat hukum adat yang
                        keberadaannya ditetapkan dengan  perda dan  memiliki
                        bukti penguasaan tanah.
                            Kebijakan PPTKH hadir dalam rangka menciptakan
                        keamanan  dan  penguatan  hak-hak  masyarakat  serta
                        meminimalisir sengketa. Skema PPTKH merupakan cara
                        untuk menyelesaikan penguasaan tanah dalam kawasan
                        hutan yang berdasar pada Perpres No. 88/2017 serta Per-
                        menko No. 3/2018. Prosedur PPTKH dilaksanakan dengan
                        beberapa  tahapan-tahapan:  Inventarisasi  penguasaan
                        tanah dalam kawasan hutan; Verifikasi penguasaan tanah

                         300
   331   332   333   334   335   336   337   338   339   340   341