Page 180 - Transformasi Masyarakat Indonesia dan Historiografi Indonesia Modern
P. 180

Transformasi Masyarakat Indonesia...

               dalam penyebaran Islam. Fase kedua, yaitu pada 1400-1700, se-
               lain masih terus berlangsungnya ajaran fase pertama, tetapi
               ajaran mistik dan tasawuf tampak berperan dan mengemuka.
               Pada fase ketiga, sejak 1700, ajaran kedua fase tersebut  bersa-
               ma-sama melangsungkan eksistensinya.


               3. Wali Songo: Kedudukan dan Perannya dalam Proses
                  Islamisasi
                   Masa transisi dari zaman Hindu-Buddha ke zaman Islam
               yang diikuti dengan masa terjadinya proses Islamisasi di Jawa
               pada abad ke-14-15, ditandai pula dengan kelahiran tokoh orang-
               orang terkemuka yang berkedudukan tinggi baik sebagai Pe-
               mimpin Agama, Guru Agama, Mubalig, Ulama, Kyahi maupun
               sebagai kaum intelektual Muslim yang berperan sebagai pemuka
               penyebar ajaran Islam di Jawa  disebut  sebagai Wali dan lebih
               dikenal dengan sebutan Wali Songo (Wali Sembilan). Kedudukan
               dan fungsi Wali sebagai pemimpin agama dan penasehat peme-
               rintahan  yang  sangat penting dalam masyarakat Islam di Jawa
               pada masa itu, tokoh Wali dipandang sebagai ’Orang Suci’ atau
               Keramat (Saint) yang harus dihormati dan dipatuhi segala
               ajaran dan petunjuknya. Diduga atas kedudukan dan fungsinya
               yang sangat tinggi itu para tokoh Wali di Jawa mendapat gelar
               Sunan di depan namanya  (Susuhunan, suhun –Jw- berarti dijun-
               jung tinggi atau disembah) yang kurang lebih berarti sebagai
               orang yang dijunjung tinggi atau dihormati. Menurut sumber
               sesungguhnya jumlah tokoh yang disebut Wali cukup banyak.
               Hampir tiap wilayah mengenal tokoh Wali sendiri, sebagai tokoh
               Wali lokalnya. Mengapa kemudian lebih dikenal dengan sebutan
               Wali Songo, tidak terdapat penjelasan yang pasti dalam literatur
               Jawa. Namun, diduga angka sembilan dipilih atas anggapan
               bahwa angka tersebut memiliki nilai keramat menurut pan-
               dangan kebudayaan Jawa tradisional. Dapat disimpulkan bahwa
               pada masa itu pada hakekatnya terdapat dua kelompok Wali di
               Jawa, yaitu Wali pada tingkat atas yaitu mereka yang tergabung

                                                                        159
   175   176   177   178   179   180   181   182   183   184   185