Page 105 - Melacak Sejarah Pemikiran Agraria Indonesia Sumbangan Pemikiran Mazhab Bogor
P. 105

Ahmad Nashih Luthfi


                   Satu tugas yang semestinya diemban oleh sebuah negara
               ialah, kemampuannya menjadi provider, protector, dan liberator,
               bagi warga negaranya: massa rakyat. Cara mengujinya adalah
               dengan melihat pada siapakah yang paling diuntungkan dari
               kebijakan itu (beneficieries). Sayangnya, uraian di atas memberi-
               kan gambaran umum yang negatif. Tugas negara itu seperti jauh
               panggang dari api.





































               negara Orde Baru itulah, proses marjinalisasi dan ketercerabutan rakyat dari
               sumber-sumber produksi terjadi. Kekerasan kemanusiaan, persoalan HAM,
               kemiskinan, dan ketidakadilan menjadi sorotan penulis. Dengan itu, “Bukanlah
               komunisme yang radikal, tapi kapitalisme”, sebagaimana pernyataan Bertolt
               Brecht, menemukan kebenarannya. Cara pandang semacam itu sangatlah berbeda
               jika dibandingkan, misalnya, dengan perspektif sejarah nasional yang melihat
               terbentuknya Indonesia sebagai satu kekuatan gerak evolusi ke arah integrasi,
               sebagaimana yang diusung Sartono Kartodirdjo. Kekuatan gerak itu bisa berakar pada
               “kejayaan masa lalu” (sebagaimana dikemukakan M. Yamin) atau spirit apokaliptis,
               yakni suatu imajinasi tentang kegemilangan yang menjelang, seperti ideologi Ratu Adil.



               52
   100   101   102   103   104   105   106   107   108   109   110