Page 101 - Melacak Sejarah Pemikiran Agraria Indonesia Sumbangan Pemikiran Mazhab Bogor
P. 101
Ahmad Nashih Luthfi
Informasi dan diseminasi pengetahuan praktikal (penyuluhan)
harus diberikan, dan mereka yang telah menguasainya lantas
menularkan melalui percontohan plot kepada kawannya.
Apakah kebijakan “Politik Etis” berhasil membentengi
penduduk di dalam pertarungan ekonomi yang ada saat itu? Ada
penilaian, bahkan periode itu diawali dengan harapan yang
tinggi, sedikit krisis dengan beberapa kali menikmati booming,
namun berakhir dengan banyak keluhan bahwa kesejahteraan
rakyat justru mengalami kemerosotan. W. F. Wertheim menga-
nalisis beberapa sebab dengan mencoba menelisik bagaimana kar-
akter pengaruh Barat itu terjadi. 53
Pertama, pengusaha perkebunan tidak mempunyai ciri
eksponen “free enterprise”. Ketika terjadi krisis, posisinya diam-
bil alih oleh pelaku yang dipekerjakan oleh korporasi perusahaan
perkebunan, perusahaan dengan tanggung jawab terbatas.
Mereka ini tergantung pada bank perkebunan (cultuurbanken).
Singkatnya, terjadi kartelisasi perusahaan dengan menikmati
nepotisme negara. Akibatnya, terjadi sentralisasi Jawa, dan keter-
gantungan “outer island” pada pedagang asing dan pengusaha
Barat.
Kedua, dalam banyak kasus, terintegrasinya ke dalam
ekonomi uang mengakibatkan proses pemiskinan, ketika sistem
penguasaan tanah menjadi tidak pasti.
Ketiga, yang mengguncangkan adalah sedikit demi sedikit
masyarakat Jawa menuju ke arah diferensiasi. Modernisasi atas
suprastruktur masyarakat Barat benar-benar telah membuka
kesempatan pekerjaan baru bagi orang Indonesia. Bahkan eks-
pansi bisnis dan fungsi pemerintahan menciptakan kesempatan
pekerjaan masyarakat, baik untuk posisi administratif ataupun
teknis. Media transportasi menguntungkan para mekanik dan
sopir. Akan tetapi secara keseluruhan, perjuangan ekonomi
tetaplah sulit bagi rakyat Indonesia. Untuk menjadi kelas
menengah seringkali penuh halang rintang dengan adanya orang
asing—utamanya Cina. Mereka ini memanfaatkan hubungan se-
53 W. F. Wertheim, 1964, op.cit. hal. 85-86
48