Page 93 - Melacak Sejarah Pemikiran Agraria Indonesia Sumbangan Pemikiran Mazhab Bogor
P. 93

Ahmad Nashih Luthfi


                   Berbagai perdebatan itu dapat kita sebut sebagai Debat
               Agraria Pertama di Hindia Belanda. Perdebatan itu terkait de-
               ngan bagaimana sumber-sumber agraria diolah dalam aktivitas
               ekonomi semi-merkantilistik, pembentukan modal, peningkatan
               produksi dan pendapat negara, tenaga kerja, dan pembangunan
               ekonomi pedesaan. Berbagai isu itu menggiring pada kesimpulan
               yang bertolak belakang, negatif dan positif.
                   Memberi penyimpulan pada berbagai isu itu, Robert van
               Niel dengan tegas menyatakan bahwa dari segi pembentukan mo-
               dal, Sistem Tanam Paksa hanya memberi keuntungan bagi pemo-
               dal besar: penduduk desa bertanah luas, pengusaha perkebunan
               swasta yang mengkontrak pada pemerintah maupun penguasa
               tradisional (di vorstenlanden, misalnya), dan pemilik tanah parti-
               kelir.
                   Dengan demikian dapat dipahami mengapa pada masa ini
               tidak terjadi pembentukan modal domestik yang mampu meng-
               gerakkan roda industrialisasi pedesaan. Berbagai keuntungan
               yang diperoleh dari sistem itu sebagai sebuah kesempatan baru,
               hilang begitu saja (missed opportunity). Hal senada juga dinyatakan
               oleh Howard Dick bahwa kegagalan itu disebabkan pertumbuhan
               industri awal yang terlalu menyebar sehingga tidak mampu me-
               lakukan aglomerasi ekonomi yang signifikan. Pasar domestik
               terlalu kecil untuk menjadi leading sector baru, sementara rezim
               perdagangan kolonial menguasai berbagai bentuk dorongan sub-
               stitusi impor, setidaknya sampai dengan tahun 1930-an. 38
                   Demikian pula menyangkut tenaga kerja murah. Sistem
               Tanam Paksa berjalan dengan cara mendasarkan pada sistem
               lama yang telah ada terkait dengan pengerahan tenaga kerja. Ti-
               dak hanya mempertahankan kerja corvée, namun juga menambah


                   38  H. W. Dick, “Nineteenth-century Industrialization: A Missed Oppor-
               tunity?”, dalam J. Thomas Lindblad (ed.), New Challenges in The Modern Economic
               History of Indonesia: Proceeding of the First Conference in Indonesia’s Modern Economic
               History, Jakarta, October 1-4, 1991 (Leiden: Programme of Indonesian Studies,
               Leiden University, 1993), hal. 124, atau yang telah diterjemahkan, H. W. Dick,
               “Industrialisasi Abad ke-19: Sebuah Kesempatan yang Hilang?”, dalam Thomas J.
               Lindblad (ed.), Sejarah Ekonomi Modern Indonesia, Berbagai Tantangan Baru
               (Jakarta: LP3ES, 2000), hal. 178.
               40
   88   89   90   91   92   93   94   95   96   97   98