Page 97 - Pembentukan Kebijakan Reforma Agraria, 2006-2007 Bunga Rampai Perdebatan
P. 97
M. Shohibuddin & M. Nazir S (Penyunting)
2. Ragam Konflik
Berbagai cara dapat ditempuh untuk mengemukakan
ragam dan kompleksitas dari sengketa agrarian. Endang
Suhendar dan Winarni (1997) mengemukakan sengketa
agrarian menurut kategori sektoral, regional serta vertical-
struktural. Pengkategorian menurut kategori sektoral
diterapkan juga oleh Noer Fauzi (1999). Dalam rangka tuju-
an makalah ini - mencirikan, mencari latar belakang sengke-
ta agraria – maka disini dicoba mengemukakan ragam seng-
keta agraria berdasarkan faktor pencetus yang paling pen-
ting. Dari beragam sumber mengenai sengketa agraria maka
5
dapat diisolasi tiga faktor paling menonjol yang melatari
sengketa-sengketa agraria:
Pertama, adalah kombinasi dari perbedaan persepsi
mengenai keadilan, tekanan politik sesaat, perubahan
halauan politik golongan elite yang menguasai negara.
Termasuk dalam kategori ini adalah kasus-kasus sengketa
antara petani penggarap tanah-tanah perkebunan ex-kolonial
yang digusur oleh pemerintah dalam rangka menerapkan
perjanjian dengan Belanda yang mengantarkan pengakuan
terhadap kemerdekaan Indonesia. Sengketa-sengketa ini
berlokasi di Jawa dan beberapa lokasi di Sumatera, dimana
pada masa kolonial terdapat banyak perkebunan. Sebagian
5
Beberapa sumber mengenai konflik-konflik agrarian yang dapat
ditelaan: Suhendar E. Dan Winarni Y.B. (1997) Petani dan Konflik
Agraria. Akatiga; Kartodiharjo H. & Hira Jhamtani (2006) Politik
Lingungan dan Kekuasaan di Indonesia. Equinox; Fauzi, Noer (1999)
Petani dan Penguasa. Dinamika Perjalanan Politik Agraria Indoneaia.
Insist, KPA, Pustaka Pelajar.
50