Page 121 - Perjuangan Landreform Masyarakat Perkebunan: Partisipasi Politik, Klaim dan Konflik Agraria
P. 121
Perjuangan Landreform Masyarakat Perkebunan 109
Setelah menguasai Jawa dan berbagai wilayah Hindia Belanda,
pasukan pendudukan Jepang dengan segera pula melahirkan
struktur kuasa politik baru, yang berbeda dengan struktur
pemerintahan sebelumnya. Semangat Jepang untuk masuk ke
Indonesia saat itu adalah sebagai benteng pertahanan dalam rangka
perang menghadapi sekutu. Oleh sebab itu pada awalnya Maret-
Agustus 1942 semua pekerjaan pemerintahan dikerjakan oleh pihak
militer Jepang. Setelah itu, sejak bulan Agustus 1942, mereka mulai
mendatangkan tenaga administratif secara masif untuk membantu
pihak militer. Sejak saat itu pula, struktur pemerintahan yang lebih
besar dibangun oleh Jepang. 36 Tidak ketingalan pula, pemerintah
Jepang juga menghadirkan beberapa ribu tenaga kerja sipil yang
akan dipekerjakan di pabrik-pabrik dan perkebunan-perkebunan
yang telah disita dari Belanda. 37
Untuk bisa diterima oleh para elite nasional di Indonesia, tentara
pendudukan Jepang tersebut mulai melakukan komunikasi politik
dengan kekuatan politik dari kalangan Nasionalis dan Islam. Dalam
pandangan tentara pendudukan Jepang, kedua kekuatan politik
tersebut memiliki akar yang kuat di hati masyarakat. 38 Kendati
begitu apa yang dilakukan oleh pemerintah pendudukan Jepang
kepentingannya terhadap dua kekuatan politik tersebut, baik itu
Islam maupun Nasionalis, karena untuk memobilisasi dalam rangka
perang. 39
36 Aiko Kurasawa, Mobilisasi dan Kontrol, hlm. xxviii.
37 Tenaga kerja sipil tersebut dikenal dengan sebutan Tenaga Sakura,
karena didadanya disematkan lencana bunga sakura. Aiko Kurasawa,
Mobilisasi dan Kontrol, hlm. xxx. Lihat juga Bisuk Siahaan,
Industrialisasi di Indonesia, hlm. 124.
38 Lihat pada Dwight Y. King, Interest Groups and Political Linkage in
Indonesia, 1900-1965, Special Report No. 20, (De Kalb: Northern Illinois
University, Center for Southeast Asian Studies, 1982), hlm. 74-85.
39 Lihat Harry J. Benda, Bulan Sabit dan Matahari Terbit (Jakarta: Pustaka
Jaya, 1980), hlm. 173.