Page 235 - Perjuangan Landreform Masyarakat Perkebunan: Partisipasi Politik, Klaim dan Konflik Agraria
P. 235

Perjuangan Landreform Masyarakat Perkebunan  223


              bisa  dibendung. Semua   proses  tersebut  dalam  banyak  kasus
              dimotori oleh  berbagai organisasi massa  rakyat  tani maupun  dari
              serikat buruh yang berhaluan politik kiri. Mereka bergabung dalam
              Sarburpi dan SOBSI.
                  Pada dasarnya pemerintahan republik yang baru telah mencoba
              memfasilitasi apa  yang telah  dikerjakan  oleh  massa  rakyat  tani di




              ber wilayah bekasjajahanBelandat PadamasaDew






              Perwakilan Rakyat Daerah (DP  Peralihan Jember masa per


              tahun  1956-1958, dalam  struktur  organisasinya  memasukkan  tema
              desa  dan  agraria  dalam  salah  satu  seksinya. Dalam  seksi tersebut
              merespon tuntutan dari berbagai desa di pinggir perkebunan yang
              mengajukan   permohonan   atas  tanah-tanah  kosong (vrijnland
              domein) untuk dikuasi menjadi milik desa. 66
                  Akan  tetapi pada  tahun-tahun  tersebut  mulai berkembang
              berbagai pemikiran  guna  menentukan   rumusan  dari orientasi
              pembangunan nasional. Adanya dinamika pemikiran tersebut pada
              akhirnya  juga  mempengaruhi pandangan  manakala  massa  rakyat
              melakukan/merespons terjadinya proses pengambilalihan berbagai
              aset bekas perusahaan perkebunan partikelir milik Belanda.
                  Setidaknya terdapat beberapa pemikiran yang berkembang saat
              itu dalam memandang persoalan nasionalisasi tersebut. Sementara
              itu sebagian elite politik di Jakarta dalam merespons atas terjadinya
              proses pengambilalihan tersebut terjadi proses pro-kontra. Bagi yang
              mengkritisi proses tersebut yang diwakili Sjafruddin Prawiranegara
              dan Mochammad Hatta menyatakan tindakan tersebut menurutnya
              tanpa  rencana  yang matang dan   hanya  merupakan   tindakan
              sentimen belaka atas perilaku Belanda dalam masalah Irian Barat.
                                                                          67


              66  Bambang Hariono, dkk, Wakil Rakyat Kabupaten Jember Tempo Doeloe
                  dan Sekarang (1931-2007), (Jember: Setwan DPRD Jember, 2007), hlm.
                  77-8.
              67  Pada  awalnya  para  tokoh  utama  di  republik  ini  terdiri  dari  kaum
                  cendikiawan.  Sehingga  tak  terpisahkan  antara  pemikiran  dan  dunia
   230   231   232   233   234   235   236   237   238   239   240