Page 314 - Perjuangan Landreform Masyarakat Perkebunan: Partisipasi Politik, Klaim dan Konflik Agraria
P. 314

302   Tri Chandra Aprianto


            semua legitimasi partisipasi dari organisasi massa rakyat tani dalam
            proses pelaksanaan agenda landreform di Indonesia. 44
                Selama  berkuasanya  rezim  politik  Orde  Baru  berlangsung
            proses  pengabaian  atas  cita-cita  kemaslahatan  rakyat, yang itu
            berimplikasi pada  tiga  bentuk  kerugian  yang harus  diderita  rakyat
            lantaran  kepemilikan  hak  atas  tanah  telah  hilang. Pertama,  dis-
            placement, yaitu pindahnya rakyat secara terpaksa ke daerah lain, di

            sisi lain ganti rugi yang diberlakukan oleh pemerintah dan diterima
            oleh  rakyat  tidak  mampu  menutupi biaya  sosial-ekonomi akibat

            perpindahanwar  Kedua, dis-empowerment, yaitu terjadinya proses
            peminggiran sistem tata kehidupan bermasyarakat yang selama ini
            berkembang dalam   kehidupan  sosialnya. Ketiga, lahirnya  proses
            pemiskinan  pada  masyarakat  itu  sendiri karena  telah  kehilangan
            lahan garapannya.
                Pemerintah yang baru itu mendasari praktek politiknya dengan
            ideologi pembangunanisme, sebuah pandangan hidup yang mengarah

            pada pembentukan stabilitas ditegakkan sebagai alat pertumbuhan
            ekonomi, sehingga penguasa baru sangat berpihak pada pengusaha.
            Gagasan  tersebut  kemudian  mengalami penyempitan     makna
            lebih  mengarah  pada  arti pertumbuhan  ekonomi, yang kebetulan
            faktor  pertumbuhan  sekaligus  menjadi parameter  keberhasilan
            pembangunan. Orientasi dari model pembangunan    semacam   ini



            ternyata menaikan realitas   y    persoalan

            di masyarakat. Padahal parameter  ini sangat  fundamental bila
                Orde  Baru  juga  melahirkan  berbagai aturan  teknis  tentang masalah
                keagrariaan  yang itu  lebih  mendukung ide  pembangunan  yang
                berorientasi pada kapitalisme, mulai dari aturan tentang Pendaftaran
                Tanah, penguasaan Hak Guna Usaha (HGU) dan Hak Guna Bangunan
                (HGB) serta Pembebasan Tanah dan Pengadaan Tanah.
            44  Tentu saja hal ini sangat berbeda dengan apa yang terjadi sebelumnya,
                dimana organisasi tani mendapat ruang politik guna mengekspresikan
                aspirasinya.  Hal  itu  sangat  dimungkinkan  karena  Soekarno
                menganggap organisasi massa rakyat tani merupakan salah satu soko
                guru dari revolusi Indonesia.
   309   310   311   312   313   314   315   316   317   318   319