Page 80 - Perjuangan Landreform Masyarakat Perkebunan: Partisipasi Politik, Klaim dan Konflik Agraria
P. 80

68    Tri Chandra Aprianto


            kapitalis. Kedua, masyarakat  perkebunan  diubah  menjadi buruh



              Pada periode k      oleh watak

            dalam  bentuk  “perampasan” sumber   daya  agraria. Dalam  alur
            kolonialisme  tanah  sebagai sumber  agraria  telah  berubah  fungsi
            dari alat  produksi guna  pemenuhan  subsistensi massa  rakyat  tani
            telah beralih fungsi menjadi alat produksi bagi organisasi kapitalis.
                                                                        87
            Penguasa  saat  itu  sangat  berkepentingan  mengubah  uang mereka
            menjadi modal. Untuk  kemudian  dalam  sirkuit  produksi kapitalis,
            mereka  mendapatkan  surplus  dalam  bentuk  uang kembali yang
            lebih  besar  dari sebelumnya. Sebagian  kecil uang ini diperlukan


            untuk kebutuhan y  bersifat konsumtif  dan bermewah-mew


            Sebagian  besar  lainnya  untuk  diubah  ke  dalam  bentuk  modal
            kembali. Pada  akhirnya, proses  akumulasi ini berlangsung terus
            menerus. 88  Berbagai proses  pembangunan  tersebut  pada  dasarnya
            merupakan langkah guna memperbesar kapital negara kolonial.
                Pada  saat  yang lain, hadirnya  perusahaan  perkebunan  juga
            melahirkan  problem  sosial, berupa  maraknya  penjualan  opium.
            Jember sebagai salah satu kawasan di Karesidenan Besuki merupakan
            daerah yang tinggi konsumsinya. Para pembeli opium ini adalah para
            kuli perkebunan, pedagang kecil, pekerja rendahan, atau masyarakat
            perkebunan  setelah  memetik  hasil panen  ladangnya, bahkan  hasil
                sewa tanah   pihak perusahaan perkebunan.      89









                Demikianlah wajah perkebunan tercermin dalam struktur sosial

            baru  yang hadir  kemudian. Sejak  kehadirannya  orang-orang Eropa
            87  Tri Chandra  Aprianto, ‘Kota  dan  Kapitalisme  Perkebunan: Jember

                Dalam Perubahan Zaman 1900-197  dalam Freek Colombijn dkk






                                                               (Y
                Kota Lama Kota Baru; Sejarah Kota-Kota di Indonesiaogyakarta:
                Ombak, 2005), hlm. 383.
            88  Lihat  pada  Noer  Fauzi, Petani dan Penguasa: Dinamika Perjalanan
                Politik Agraria Indonesia(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), hlm. 4-5.
            89  James  R. Rush. Opium to Jawa: Jawa dalam Cengkeraman Bandar-
                                                          (Y
                Bandar Opium Cina, Indonesia Kolonial 1860-1910ogyakarta: Mata
                Bangsa, 2000), hlm. 65.
   75   76   77   78   79   80   81   82   83   84   85