Page 78 - Perjuangan Landreform Masyarakat Perkebunan: Partisipasi Politik, Klaim dan Konflik Agraria
P. 78
66 Tri Chandra Aprianto
perusahaan perkebunan pada tahun pertama awal 1901. Khusus
untuk pembudidayaan tembakau jenis Na-Oogst membutuhkan
tenaga kerja yang sangat besar. Jumlah mandor untuk LMOD saja
dibutuhkan sebanyak 500 orang, buruh harian, dan petani penggarap
dibutuhkan jumlahnya mencapai ribuan dan tidak tentu. 82
Pada tahun 1901 BIB telah mendatangkan tenaga kerja dari
Jawa Tengah ke Jember untuk perkebunan tembakau sebanyak 1.11
83
orang. Adapun biaya untuk mendatangkan tenaga kerja seluruhnya
¦. 14.807. Pada tahun 1902 BIB mendatangkan tenaga kerja dari
Madura untuk bekerja di perusahaan perkebunan sebanyak 4.000
orang Tenaga kerja Jawa pengalaman lebih daer
persawahan basah pada tenaga kerja Madura y
daerah tegalan (persawahan kering).
Secara perlahan telah berlangsung proses pembelahan tenaga
kerja di masyarakat perkebunan. Praktek kerjanya terdapat proses
pemilahan tenaga kerja berdasar atas kesukuan. Tenaga kerja dari
Jawa dianggap lebih r berper lebih ramah dan t
84
dan penurut kepada majikan dari pada tenaga kerja dari Madura.
Tenaga kerja dari Madura menganggap bahwa yang membuka
tanah perkebunan adalah nenek moyangnya yang bekerja sama
dengan pihak perkebunan pada masa aw hadirnya perk
Sementara itu tenaga kerja Jawa itu hadir tenaga k
yang didatangkan oleh pihak perusahaan.
Di samping itu terdapat perbedaan fasilitas yang harus diterima
oleh tenaga kerja. Untuk perusahaan perkebunan LMOD tenaga
kerja yang berkebangsaan Belanda berjumlah 60 orang dengan
fasilitas gaji yang tinggi dan setelah tidak aktif bekerja memperoleh
82 Lihat pada R. Broersma, Besoeki, hlm. 23.
83 Lihat pada Edi Burhan Ariin, “Emas Hijau”, hlm. 47.
84 J Tennekes, Bevolkingspreiding der Residentie Besoeki in 1930
(Amsterdam: TKNAG, 1963), hlm 33.