Page 88 - Perjuangan Landreform Masyarakat Perkebunan: Partisipasi Politik, Klaim dan Konflik Agraria
P. 88
76 Tri Chandra Aprianto
Kepadatan penduduk di Jember pada tahun 1890 mencapai 55
per km2 meningkat tajam pada tahun 1930 menjadi 278 per km2.
Pembagian jenis kelamin dari pendatang yang bekerja di Jember pada
tahun 1930 untuk laki-laki mencapai 168.1 sedangkan 154.6 (x1000
masyar merupakan jumlah t dalam wilayah
karesidenan Besuki. Sementara itu perpindahan penduduk yang
masuk ke Jember sampai dengan tahun 1930 sebanyak 323 (x1000)
terbanyak dalam wilayah Karesidanan merupakan
ko logis adanyapercepatanalirankap kewilayahini. 107
Perkembangan KotaJembersemakinpesatdengant dalam
modernisasi di bidang transportasi. 108 Pada tahun 1897 dibuka jalur
kereta Jember ke Surabaya lewat Probolinggo. 109 Pembukaan
jalur kereta api jalur ini menambah peningkatan mobilitas sosial dari
kota lain menuju Jember. Kereta api merupakan salah satu simbol
kehebatan “zaman baru y dibawa rezim kolo Belanda. 110 Jalur
kereta api inilah yang menyebabkan timbulnya mobilitas sosial yang
bersifat horiso secara besar-besaran warga Madur Jaw Cina,
Arab dan bahkan orang-orang Belanda sendiri. 111 Adanya mobilitas
so tersebut dalam waktu y relatif singkat mendoro terjadinya
peningkatan kepadatan jumlah penduduk wilayah y awalnya sepi
t Akan t mobilitasso tersebut jugaawalnyadiakibatkan
oleh adanya pemenuhan tenaga kerja di berbagai perusahaan
perkebunan. Dengan demikian keberadaan modernisasi transportasi
jelas guna jalannya sistem kapitalisme wilayah
baru. Pihak perusahaan perkebunan sendiri sebagaimana dikatakan di
atas memiliki anggapan yang pejoratif atas tenaga kerja dari Madura,
mulai memobilisasi tenaga kerja dari etnis Jawa (Bojonegoro, Tuban,
107 ANRI, ‘Memorie van Overgave van den Residentie Beoeki’, 1931.
108 Edi Burhan Ariin, “Emas Hijau”, hlm. 112-3.
109 Nawiyanto, S. 1996. “Perubahan Ekonomi, hlm. 77
110 Abidin Kusno, Zaman Baru, hlm. 18-9.
111 Edi Burhan Ariin, “Emas Hijau”, hlm. 116.