Page 89 - Perjuangan Landreform Masyarakat Perkebunan: Partisipasi Politik, Klaim dan Konflik Agraria
P. 89

Perjuangan Landreform Masyarakat Perkebunan  77


              Ponorogo, Kediri, dan  dari daerah  vorstenlanden). Proses  migrasi ini
              dilakukan melalui jalur rel kereta api sebagai sarana transportasinya.
                  Selain  untuk  transportasi penduduk, rel kereta  api juga
              berfungsi menjadi jalur  bagi angkutan  komoditas  yang diproduksi
              oleh  perusahaan  perkebunan  seperti tembakau, gula, kopi, dan
              karet. Jalur kereta api juga dimanfaatkan oleh penduduk lokal dalam
              rangka mengangkut hasil pertanian baik itu tembakau dan juga beras
                                        112
              yang diproduksi petani lokal.  Pihak perusahaan perkebunan sendiri
              guna  mempermudah    proses  pengangkutan  hasil perkebunannya
              dan  mendukung operasionalisasi perusahaan     perkebunannya,
              LMOD pada tahun 1880 sampai tahun 1890 membangun jalan yang
              menghubungkan kantor pusatnya di Jember dengan perkebunan di
              Mayang,  Wuluhan,  Tanggul  dan  Puger.  Semua  produksi  tersebut

              dikirim melalui jalur kereta api menuju Pelabuhan Panarukan.
                  Sejak  tahun  1920  pengiriman  gula  ke  pasar  internasional juga
              melalui rel kereta api tersebut. Akan tetapi sebelum dikirim ke berbagai

              pasar internasional, sebelumnya berbagai barang komoditi perkebunan
              tersebut  disimpan  terlebih  dulu  di gudang di Pelabuhan  Panarukan.
              Pada  dasarnya  rel kereta  api itu  juga  merupakan  inisiatif  dari George
              Birnie, pemilik  NV  LMOD. 113  Pembangunan  rel yang menghubungkan





              Pelabuhan Panarukan dengan jalur kereta   Jember-Bondowoso-
              Panarukan (150 km) dibuka pada tanggal 1 Oktober 1897. Ini merupakan
              kelanjutan dari proses pembangunan rel kereta api di Jawa Timur oleh
              pemerintah  Hindia  Belanda  hingga  ke  daerah  Karesidenan  Besuki.
                                                                          114
              112  Edi Burhan Ariin, “Emas Hijau”, hlm. 116.
              113  Angkutan  memakai  gerobak  sapi  sudah  tidak  lagi  efektif  dan  eisien,
                  terlebih  lagi peningkatan  permintaan  konsumen  akan  hasil tanaman
                  perkebunan. Para tuan kebun sering mengalami kekurangan sapi penarik
                  gerobak, sementara  mereka  butuh  angkutan. Ditambah  lagi kondisi
                  kontur tanah perkebunan y  berada   wilayah   sehigga





                  membutuhkansatutransfo y efektif dan yaitu ker  Lihat




                  pada, Staatsspoor en Tramwegen in Nederlandsch-Indie 1875-1925, hlm: 8.
              114  S  Nawiyanto,  Agricultural Development in a Frontier Region of Java;
                  Besuki, 1870-Early 1990s (Yogyakarta: Galang Press, 2003), hlm. 61-6.
   84   85   86   87   88   89   90   91   92   93   94