Page 198 - Seluk Beluk Masalah Agraria : Reforma Agraria dan Penelitian Agraria
P. 198
Seluk Beluk Masalah Agraria
6. Struktur Sosial Masa Lalu
Sebelum Perang Dunia II, jumlah penduduk di desa ini
sangat kecil dengan pekarangan yang tersebar dan jarak antar
rumah yang berjauhan. Permainan judi merupakan kebiasaan
umum warga desa yang dalam perjalanannya telah menimbulkan
berbagai konsekuensi tertentu. Lahan kering meskipun relatif
luas tidak diolah dengan baik karena kebiasaan judi telah me-
nimbulkan sikap malas-malasan. Bahkan sawah pun akhirnya
dijual kepada orang luar. Menurut penuturan seorang Pamong
Desa, sebelum landreform dilaksanakan, lebih dari 70% sawah
di desa dimiliki oleh orang luar dan penduduk desa hidup dalam
kesengsaraan. Akhirnya satu-satunya cara untuk keluar dari
kesulitan adalah dengan mencuri. Pada saat itu, di mata desa-
desa lain, Ngandagan dikenal luas sebagai sarang pimpinan
garong.
Semasa pendudukan Jepang, situasi bertambah buruk.
Sebuah desa dengan wilayah seluas itu dan dengan penduduk
sekecil itu harus kehilangan beberapa warga laki-laki karena dija-
dikan sebagai romusha (pekerja paksa).
Akhirnya tibalah waktu perubahan. Revolusi dan perang
kemerdekaan telah mempengaruhi kehidupan sosial desa ini.
Seseorang bernama Sumotirto tiba kembali ke desa ini dari Su-
matra. Secara formal dia sebelumnya pergi ke Sumatra sebagai
“kuli kontrak”. Orang ini betul-betul orang pergerakan karena
sebelum perang dia pernah menjadi anggota Syarekat Islam
(SI). Pada saat organisasi ini pecah menjadi SI Putih dan SI Merah,
dia memilih SI Merah. Pada tahun 1946 ketika dilakukan pemi-
lihan, dia terpilih sebagai Lurah, dan masih menjabat sampai
saat studi lapang ini dilakukan. Dialah yang membuat berbagai
161