Page 200 - Seluk Beluk Masalah Agraria : Reforma Agraria dan Penelitian Agraria
P. 200
Seluk Beluk Masalah Agraria
manan” dll. tidak berlaku di desa Ngandagan. Namun memang
benar bahwa tidak ada lagi “institusi tradisional” (dalam penger-
tian Geertzian). Institusi tradisional yang tersisa seperti sela-
matan, bersih desa dll. telah dihapuskan oleh Lurah, figur yang
memiliki ideologi politik tertentu. Revolusi telah mengubah desa
Ngandagan, dari sebuah desa yang dicirikan oleh, dalam kata-
kata Geertz, “kelonggaran ikatan antar individu” (dengan
menganggap bahwa ini tercermin pada rumah-rumah yang ter-
serak dalam jarak berjauhan), menjadi sebuah desa yang lebih
rapi dan terpadu.
Oleh karena itu, meski dibandingkan desa-desa Bali (seba-
gaimana disaksikan Geertz) tingkat “solidaritas internal” di
Ngandagan lemah, namun dibandingkan dengan desa-desa
Jawa sekelilingnya solidaritas internal itu sangatlah kuat. Kuatnya
solidaritas ini boleh jadi karena mereka memiliki satu pandangan
dunia (dalam pengertian aliran). Inilah aliran yang dibawa masuk
ke desa oleh Lurah Sumotirto. Tetapi bagaimana bisa seluruh
warga desa tergabung ke dalam satu kelompok aliran? Hal ini
terjadi barangkali karena Lurah mampu membuktikan kapa-
bilitasnya memperbaiki kehidupan ekonomi warganya dengan
meluncurkan program landreform. Melalui penataan kembali
atas cara bertani dan hubungan perburuhan, atas hak dan kewa-
jiban para buruh kuli dan kuli baku, dan atas status dari kepemilikan
tanah, Lurah dipandang oleh rakyatnya sebagai sosok pemimpin
yang bersungguh-sungguh, sementara buah dari upaya-upa-
yanya itu dirasakan sebagai sebuah kesuksesan. Oleh karena
itu, rakyat kemudian mengikuti aliran Lurah.
Geertz membedakan dua tipe dalam integrasi pola nasional
ke dalam kehidupan ekonomi desa, yaitu cara integrasi “infusif”
163