Page 223 - Seluk Beluk Masalah Agraria : Reforma Agraria dan Penelitian Agraria
P. 223
Gunawan Wiradi
buat sebuah pernyataan ancaman berikut: “Apabila kamu tidak
mau mengikutiku, maka aku akan mengundurkan diri dari ja-
batan Lurah!”. Martosudarmo, yang menyadari diri sebagai pen-
dukung utama (botoh) Sumotirto saat pemilihan kepala desa,
lalu merasa harus konsisten mendukung orang yang telah dia
kampanyekan sampai terpilih. Pada titik inilah dia menyerah.
Akhirnya, keputusan menerapkan gagasan Sumotirto mengenai
pelaksanaan landreform pun berhasil dicapai.
2. Legitimasi
Secara sosial, keputusan menjalankan landreform di Ngan-
dagan adalah absah karena penduduk desa ini dapat mene-
rimanya. Penerimaan ini agaknya didasarkan pada kenyataan
bahwa mereka semua diundang untuk turut membahas per-
soalan ini pada pertemuan-pertemuan Kelompok, RT dan RK.
Namun secara legal, desa Ngandagan menghadapi perso-
alan. Kendatipun desa bersifat otonom, namun ia tetap tunduk
kepada tingkat pemerintahan yang lebih tinggi. Dan keputusan
yang dibuat oleh desa membutuhkan persetujuan dari Keca-
matan dan Kabupatan untuk dapat dijalankan. Menurut pro-
sedur legal, begitu keputusan dibuat maka Carik harus mem-
buat laporan ke Kecamatan yang kemudian akan meneruskan-
nya ke Kabupaten. Apabila pejabat berwenang di kedua tingkat
itu menyetujuinya, maka hanya setelah itulah keputusan desa
tadi dapat diterapkan.
Dalam kasus program landreform, Ngandagan telah mengi-
kuti semua prosedur tersebut. Quorum yang diperlukan untuk
Rapat Desa, yaitu dua pertiga dari seluruh warga dewasa di
Ngandagan, sudah dicapai. Sistem “musyawarah”-lah yang dija-
186