Page 20 - SEJARAH PERLAWANAN TERHADAP IMPREALISME DAN KOLOLISME DI DAERAH SULAWESI TENGGARA
P. 20
kemungkinannya berasal dari istilah bahasa Spanyol/Portugis.
Demikian pula nama nyanyian Lakadandio yang dipergunakan
mengiringi tari tradisional daerah Buton dan Tari Linda di Daerah
Muna. Diperkirakan dari bahasa Spanyol yaitu dari perkataan
Can Deo, sebab istilah tersebut bukan bahasa Wolio (Buton).
Di sekitar a wal abad ke-1 7, tepa tnya pada tanggal 5 J anuari
16 l 3 bangsa Belanda pun menginjakkan kakinya di daratan Buton.
Peristiwa ini ditandai dengan kunjungan Komodor Afolonius
Schot di Kerajaan Buton pada masa pemerin tahan Sultan Buton
IV Dayanu Ikhasanuddin ( 1597 - 163 l ). 3 )
Pada mulanya merekapun datang hanya untuk berdagang se-
hingga terjalinnya persahabatan antara Belanda dengan Sultan.
Di satu pihak bangsa Belanda berjanji untuk bekerjasama serta
melindungi Kerajaan Buton dari ancaman musuh-musuhnya.
Mereka juga akan berusaha memperbaiki nama pedagang-pedagang
asing yang sudah ternoda di saat Portugis dan Spanyol. Bahkan
be rsedia memerangi pedagang-pedagang asing yang masuk di Buton
dengan dalih melindungi ke kuasaan Sultan. Di pihak lain Sultan
memberikan keluasaan kepada orang-orang Belanda untuk ber-
dagang dalam daerahnya. Demikianlah halnya sehingga pada bulan
Agustus 16 13, G ubemur Jenderal Pieter Both dalam perjalanan ke
Maluku singgah di Buton dan mengesahkan perjanjian tersebut.
Akan tetapi kenyataannya, bangsa Belanda tidak hanya ber-
maksud mengadakan perdagangan di daerah itu, tetapi lebih dari
itu Belanda bermaksud untuk mel)guasainya. Perjanjian itu hanya
merupakan titian dalam mencapai tujuan/idiologinya. Sultan dan
segenap penduduk negeri menyadari maksud Belanda yang ter-
selubung, sehingga terjadilah peristiwa-peristiwa yang merupakan
perlawanan rakyat dalam membela negerinya dari usaha penguasa-
an Belanda.
Berdirinya benteng Kraton Buton dan beberapa kubu per-
tahanan rakyat di wilayah kekuasaan Sultan, merupakan jawaban
rakyat terhadap maksud Belanda yang licik i tu. Pertahanan rakyat
yang dahulunya hanya terdiri dari tirai-tirai barn bu berduri, sejak
itu ditingkatkan menjadi benteng-benteng yang kukuh kuat untuk
menghadapi serangan bangsa Belanda yang bersenjata api.
I 1