Page 282 - (New Flip) Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
P. 282

Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia


                D.C. Hawthorn atas nama Sekutu—bahwa TKR dan Polisi RI adalah alat
                keamanan bersama tentara Sekutu.
                        Dalam  situasi  demikian,  Belanda  dan  para  pimpinan  Indonesia
                berlomba  menguasai  seluruh  wilayah  masing-masing  dengan  cekatan
                mendekati hati rakyat, sambil main mata baik dengan Jepang maupun
                dengan  Sekutu,  dan  masing-masing  dalam  posisi  yang  semakin  kuat.
                Pemimpin  Indonesia  juga  harus  memperhatikan  sisa  kekuatan  Jepang,
                peranan Sekutu, siasat Belanda dan tuntutan rakyat yang semakin galak.
                Demikian keadaan tanah air pada bulan-bulan pertama sejak Proklamasi
                yang pengaruhnya sangat terasa di Surabaya dan di daerah-daerah lain
                di Jawa Timur. Kedua belah pihak giat berlomba dengan waktu untuk
                secepat  mungkin  memperoleh  kemajuan  dengan  menggunakan
                berbagai macam siasat dan kekuatan.
                        Sementara  itu  Residen  Suridman  mendapat  panggilan  untuk
                menghadiri sidang pertama KNIP dan permusyawaratan Pegawai Negeri
                di Jakarta. Ia berangkat tanggal 27 Agustus dan kembali pada tanggal 3
                September  sore  hari.  Untuk  mengkonsolidasikan  keamanan,  pada
                tanggal  2  September  1945  di  Surabaya  telah  dibentuk  BKR,  yang
                anggota dan pimpinannya terdiri dari bekas para anggota tentara Peta.
                Pada sore hari tanggal 3 September 1945 itu mereka berada di rumah
                Ketua  KNI  Dul  Arnowo.  Setelah  mendengar  kabar  Residen  Sudirman
                telah datang dari Jakarta, Dul Amowo mengutus beberapa orang bekas
                perwira Peta pergi ke rumah Residen Sudirman untuk membawa surat
                yang  harus  ditandatangani  oleh  Residen  Sudirman.  Mereka  berangkat
                beramai-ramai  antara  lain  Isa  Edris,  Kholil  Tohir,  Usman  Aji,  Yahya
                Hasyim,  Abdul  Wahab.  Surat  diserahkan  kepada  Residen  Sudirman.
                Tanpa dibaca lebih lanjut surat itu ditandatangani. Surat dikembalikan
                kepada para pengantar, untuk disampaikan kepada Dul Amowo.

                        Surat  itu  sebenarnya  adalah  Proklamasi  Pemerintah  Republik
                Indonesia Surabaya. Pada sore hari itu juga surat itu dicetak, kemudian
                malam harinya disebarkan ke Kabupaten Sidoarjo, Mojokerto, Jombang,
                Lamongan.  Isi  Proklamasi  Daerah  Surabaya  tanggal  3  September  itu
                sebagai berikut:


                        ―Bersandar atas Proklamasi Indonesia Merdeka tertanggal 17-8-
                        2606,  sebagai  hari  kebulatan  kemauan  bangsa  Indonesia,
                        mengikuti  perintah  PYM  Presiden  Republik  Indonesia  yang



                270
   277   278   279   280   281   282   283   284   285   286   287