Page 278 - (New Flip) Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
P. 278
Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
berkeliarannya kaum interniran itu dengan sepengetahuan Jepang.
Dalam hal ini Jepang bermuka dua.
Dalam perkembangan selanjutnya, setelah pengambilalihan
kekuasaan Jepang di Surabaya selesai, diadakan penataan pemerintahan
kembali. Pada tanggal 20 Oktober 1945 pirnpinan Polisi Istimewa Kota
Surabaya, Pembantu Inspektur Polisi II Suratmin diganti oleh Inspektur
Polisi II Sucipto Danukotumo (kemudian Kapolri) setelah dilaksanakan
pemilihan secara demokratis. Anggota Pasukan Polisi Istimewa Kota
jumlahnya menjadi 160 orang. Markasnya di Hoofd Bureau (kantor
Polisi Besar) di Parade Plain No. 1 (sekarang Taman Sikatan).
Pasukan Polisi Istimewa mempunyai status yang pasti dan diakui
oleh Sekutu sebagai pemegang kendali keamanan yang sah, berbeda
dengan badan-badan perjuangan lainnya seperti BKR, PRI, dan
Hizbullah. Sekali pun demikian, sikap Polisi Istimewa Surabaya sebagai
kekuatan bersenjata yang tunduk menurut hukum intenasional, ternyata
tidak dapat memisahkan diri dari bangsanya yang tengah berjuang
menegakkan kemerdekaan. Sikapnya sebagai patriot yang memiliki rasa
kesetiakawanan, senasib dan sepenanggungan dengan bangsanya
ditunjukkan secara konsisten dan konsekuen. Pasukan Polisi Istimewa
terjun langsung mendampingi gerakan masyarakat dan aksi Arek-arek
Surabaya untuk mengambil alih kekuasaan dan aktif mempelopori
merebut senjata dari tangan Jepang. Dengan rasa gotong-royong
segenap para pejuang menjadi pendukung kekuatan rakyat dan aparat
yang efektif dari Pemerintah RI yang baru berdiri.
Proklamasi yang dicetuskan Polisi Surabaya di bawah M. Yasin
bertujuan untuk meyakinkan rakyat, bahwa kewajiban Polisi adalah
menjunjung tinggi dan mempertahankan kedaulatan serta kehormatan
negara RI. Sebagai aparat Pemerintah, Polisi bersedia bekerja dengan
pihak Jepang atau dengan Sekutu untuk menjamin ketenteraman dan
keamanan umum. Ini merupakan kewajiban Polisi sebagai pegawai
negeri. Naskah Proklamasi sebagai Polisi RI itu kemudian diperbanyak,
disebarluaskan ke seluruh pelosok kota dan dikirimkan ke segenap
instansi pemerintah tanpa menghiraukan ancaman Jepang. M. Yasin
sebagai Kepala Polisi Istimewa Karesidenan terus menerus melakukan
konsolidasi bersama-sama pemimpin-pemimpin masyarakat dan
kalangan kepolisian untuk menjelaskan tujuan proklamasi.
266