Page 288 - (New Flip) Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
P. 288

Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia


                        Kegiatan  BKR  Karesidenan  terus  bertambah  sesudah  terjadinya
                Peristiwa  Bendera  19  September  1945.  BKR  sangat  berperan  dalam
                pengarahan massa pada peristiwa rapat raksasa di Stadion Tambaksari
                tanggal  21  September  1945,  seraya  memberikan  penerangan  bahwa
                dengan  mendaftar  anggota  BKR  berarti  meningkatkan  pentingnya
                pembelaan  terhadap  negara  Republik  Indonesia  yang  baru  merdeka.
                Apa  lagi  setelah  perebutan  Gedung  Kenpeitai  tanggal  1  -  2  Oktober
                1945, sebagaimana dinyatakan dalam Dekrit Residen Sudirman tanggal
                2  Oktober  1945,  BKR  sejak  tanggal  tersebut  diangkat  sebagai  Badan
                Pemerintah  di  bawah  pimpinan  Residen  Surabaya  R.  Sudirman.
                Mengingat  gentingnya  situasi  dan  desas-desus  mengenai  mata-mata
                musuh yang masih berkeliaran, bekas antek-antek Belanda atau Jepang
                di tengah-tengah masyarakat, antara sesama BKR pertu diadakan tanda-
                tanda  sandi  yang  membedakan  anggota  BKR  dengan  anggota  badan
                                                                           46
                perjuangan lainnya atau pun dengan pihak mata-mata musuh.
                        Sebagai  tengara  khusus  disepakati  adanya  gerakan  kopiyah
                hitam.  Karena  kebanyakan  bekas  anggota  Peta  itu  gundul,  mereka
                diharuskan  memakai  kopiyah  hitam  (peci)  sebagai  tanda  kawan.
                Gerakan  bersifat  konsensus  lainnya  dilahirkan  di  rumah  Sampurna
                (bekas  Syodanco)  di  mana  dinyatakan  bahwa  setiap  prajurit  (giyukai)
                diharuskan memimpin ±10 orang pemuda. Situasi bapakisme yang kuat
                dan  semangat  yang  timbul  karena  mitos  merdeka  atau  mati,  maka
                keharusan  yang  demikian  menjadi  kenyataan.  Secara  resmi  BKR  Pusat
                dan  Karesidenan  Surabaya  mengumumkan  adanya  pendaftaran  para
                pemuda bekas Peta, Heiho, Heiho Kaigun, dan Jibakutai.
                                                                     47
                        Sementara  itu,  BKR  Kota  di  bawah  pimpinan  Sungkono  juga
                telah mempersiapkan diri untuk membentuk TKR. Diumumkan kepada
                para pemuda anggota BKR bekas Peta, Heiho dan Iain-Iain untuk segera
                mendaftarkan  diri  pada  kantor  Syiku  (kewedanan)  masing-masing,
                untuk menjadi TKR. Syarat-syaratnya adalah pemuda yang berusia 14-25
                tahun.  Belum  sampai  TKR  Kota  terbentuk,  beberapa  pemuda  telah
                membentuk  batalyon  TKR  yang  sifatnya  berdiri  sendiri.  Batalyon  atau
                markas instansi militer dibentuk secara spontan, seperti  Batalyon Jarot
                Subiyantoro  yang  dibentuk  di  Julianalaan  pada  bulan  Oktober.  Juga
                terbentuk Markas Besar Polisi Tentara Keamanan Rakyat (PTKR) dipimpin
                oleh  Hasanudin  Pasopati.  PTKR  ini  bermarkas  di  bekas  Gedung
                Kenpeitai,  Jalan  Alun-alun  No.  17.  Batalyon  TKR  Sambongan  yang
                berkekuatan 500 orang dipimpin oleh Abi Siswadi dan Isma Chandra,



                276
   283   284   285   286   287   288   289   290   291   292   293