Page 291 - (New Flip) Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
P. 291
Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Setelah mundur ke Ngemplak pada tanggal 28 Oktober 1945,
menurut Umar Said (pimpinan BKR Laut Modderlust), ternyata Affandi,
Atmaji dan Gunadi telah membentuk Marine Keamanan Rakyat (MKR)
tanpa sepengetahuan Umar Said. Jadi ia merasa dilalui. Namun, karena
bertujuan menyatukan Komando dalam lingkungan pelaut, ia menerima
kenyataan itu. Di Markas Besar Ngemplak inilah bercampurnya unsur
BKR Laut Modderlust dengan Marine Keamanan Rakyat dan unsur-unsur
yang semula berasal dari PAL, seperti SBI/BBI dan PRIAL pimpinan
Affandi. BKR Laut Tanjungperak di bawah pimpinan Humarwoto
kemudian juga ditarik mundur ke Ngemplak.
Setelah pertempuran Tiga Hari selesai, pada tanggal 2
November 1945 diadakan rapat reorganisasi unsur-unsur kekuatan Laut
di Hotel Embong Wungu. Hadir dalam pertemuan Itu Munaji, Mukhtar,
Gunadi, Katamhadi dan lima orang lagi dari MKR, dari BKR Laut hadir Y.
Sulamet dan Suparman. Dari Tanjungperak Humarwoto dan Marjuki.
Dalam pertemuan itu antara lain dibahas hubungan antara badan-
badan perjuangan laut itu dengan TKR. Kemudian diputuskan nama
MKR diganti menjadi TKR Laut. Perubahan nama tersebut diumumkan
51
pada tanggal 6 November 1945.
Ketika membahas tentang pasukan yang dipimpin oleh Umar
Said, mula-mula pasukan itu akan dimasukkan ke dalam BKR Laut dan
dinamakan Pasukan Laut, namun hal itu tidak bisa diterima oleh
pimpinan BKR Laut, sehingga tercetuslah ucapan dari fihak wakil MKR,
Mukhtar, istilah ―Pasukan Liar‘ bagi pasukan Umar Said. Istilah itu
diterima pasukan Umar Said dan dipakai sebagai nama pasukannya,
yaitu Pasukan L. Ucapan itu tercetus oleh Mukhtar dari anggapan
Munaji, bahwa anggota-anggota pasukan itu masih anak kemarin sore,
kurang taktis bicaranya. Karena Hotel Ngemplak sudah terlalu padat,
Pasukan L mendapat tempat di Embong Malang (Hotel Sarkies) pada
tanggal 7 November 1945. Di tempat itu kemudian diadakan
konsolidasi antara pasukan bekas BKR Moderlust dan Tanjungperak.
Mereka sepakat untuk melakukan penggabungan. Pertemuan itu
menghasilkan terbentuknya Pasukan L (Liar).
Pasukan itu di Surabaya masih bergerak sendiri-sendiri. Namun,
di bawah pimpinan Suparman, Pasukan L makin menjadi teratur.
Suparman tampaknya lebih mampu dan lebih tua dari anggota lain, ia
memiliki sifat kebapakan. Hubungan diperluas sarnpai kepada kesatuan
samping guna menambah senjata dan perlengkapan. Dengan
279