Page 296 - (New Flip) Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
P. 296

Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia


                5.12. Pemuda Putri Republik Indonesia (PPRI)

                        Setelah  kemerdekaan  Republik  Indonesia  diproklamirkan  pada
                tanggal  17  Agustus  1945,  maka  tenaga  kader  pemudi  oleh  tokoh
                pejuang  kemerdekaan  dihimpun  agar  siap  siaga  mengadakan
                perlawanan  terhadap  penghalang  kemerdekaan.  Segenap  rakyat
                Surabaya, para pemimpin serta para pemudanya yang terkenal berwatak
                spontan  dan  dinamis,  dengan  cepat  siap  siaga  menjaga  dan
                mernpertahankan  kemerdekaan,  di  samping  para  pemuda  Surabaya
                berhasil membentuk PRI yang sangat besar peranannya. Oleh kare itu,
                pemuda putri pun membentuk organisasi tersendiri.
                        Dalam konsolidasi dan proses pertumbuhan yang sangat singkat
                dari  kegiatan  Pemuda  Puteri  di  Surabaya,  kemudian  timbul  gagasan
                untuk  mengadakan  badan  federasi  agar  rencana  serta  tujuan  dapat
                terarah.  Persatuan-persatuan  Pemuda  Putri  yang  terdiri  dari  ketiga
                kelompok—lingkungan       pelajar-mahasiswa,   kantor/pekerja,   dan
                kampong—pada awal bulan September 1945 mengadakan rapat di GNI
                Jalan Bubutan Surabaya. Rapat tersebut kemudian melahirkan Federasi
                dengan  nama    Pemuda  Puteri  Republik  Indonesia  (PPRI),  dengan
                Lukitaningsih sebagai ketua dan Murstah sebagai wakil.

                        Dalam aksi-aksi pengibaran Sang Merah Putih di rumah-rumah,
                di kantor di seluruh penjuru kota Surabaya yang masih dikuasai Jepang,
                PPRI  ikut  bergerak  mengadakan  aksi  corat-coret,  penempelan  plakat,
                selebaran  Merah-Putih  di  samping  juga  menjahit  tanda  pangkat
                BKR/TKR.  Puncak  aksi  itu  adalah  diselenggarakannya  rapat  raksasa  di
                Tambaksari pada 21 September 1945. Lukitaningsih, Ketua PPRI, tampil
                sebagai salah seorang pembicara pada rapat itu, dan menyatakan dan
                bersumpah  atas  nama  rekan-rekannya  untuk  tetap  mempertahankan
                berkibarnya Sang Merah Putih.
                        Seusai  rapat,  segenap  penanggung  jawab  serta  pembicara
                ditangkap oleh Kenpeitai dan ditahan di gedung Kenpeitai. Baru pada
                tengah  malamnya,  semua  yang  ditahan  dilepaskan.  Program  PPRI
                disusun secara praktis: Membentuk laskar putri, mendirikan pos Palang
                Merah  (P3K),  mendirikan  dapur  umum  dan  menolong  pengungsian.
                Dalam  tempo  singkat  berhasil  dikumpulkan  200  pemuda  putri.  Dari
                jumlah  tersebut  yang  lulus  tes  medis  75%,  kemudian  diasramakan  di
                Embong Sawo Surabaya. Latihan Palang Merah (ketrampilan P3K) dan





                284
   291   292   293   294   295   296   297   298   299   300   301