Page 289 - (New Flip) Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
P. 289
Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
sedang TKR Tembaan di bawah pimpinan Masduki Abu kemudian
bergabung dengan TKR Karesidenan. Lahir Pasukan Keteknikan (Genie
Pelajar) Jawa Timur yang terdiri dari pelajar Sekolah Tehnik yang semua
adalah Staf II Gabungan Pelajar. Pasukan ini dipimpin oleh gu-runya Ir.
Nowo Djojosentono dan pelajar Sunarto. Kekuatan mereka 70 orang
dengan senjata lengkap. Mereka bermarkas di Gedung Sekolah Tehnik
Sawahan, kemudian pindah ke Darmo.
Mungkin karena perbedaan pendapat dalam strategi
mempertahankan Kota Surabaya dengan Drg. Mustopo selaku Ketua
BKR Jawa Timur, maka sarnpai bulan November 1945 Sungkono
48
belum membentuk TKR Kota, tetapi masih tetap mempertahankan
eksistensi BKR sebagai wadah semua kekuatan rakyat dan TKR.
Sungkono berpendapat bahwa kota tidak boleh ditinggalkan. Pendapat
pimpinan BKR ini didukung antara lain oleh Batalyon Jarot Subiyantoro,
terutama setelah Resimen Gajah Mada (TKR Karasidenan) diperintahkan
oleh Yonosewoyo memindahkan markasnya dari Gedung HBS ke
Ketegan Sepanjang yang jaraknya ± 12,5 km dari kota. Adapun
panglimanya sendiri markasnya juga pindah ke Kletek (17,6 km dari
kota). Peristiwa pemindahan ini terjadi sesudah perundingan dengan
Serikat pada akhir Oktober. Sungkono juga mendapat dukungan dari
kelompok pelajar yang dipimpin oleh Mas Isman, PTKR di bawah
Hasanuddin Pasopati (pembentuk Markas Besar Polisi Tentara Keamanan
Rakyat) di bekas Gedung Kenpeitai dan Pasukan Polisi Istimewa
Karesidenan di bawah Mokhamad Yasin serta Polisi Istimewa Kota di
bawah Sucipto Danukusumo. Karena itu BKR Kota belum melebur diri ke
dalam TKR sarnpai akhir bulan November.
Peristiwa di atas menimbulkan perbedaan pendapat. Perbedaan
pendapat ini kemudian dinetralkan dengan menempatkan pasukan
kembali di dalam kota, hanya markas komandannya berada di luar kota.
Proses pembentukan kekuatan berjalan terus.
5.10. BKR Laut dan Marine Kamanan Rakyat (MKR)
Pada jaman Jepang Penataran Angkatan Laut (PAL) disebut SE
21/24 Butai. Di tempat itu oleh Jepang didirikan suatu Badan Kebaktian
(Hokodan) dan Barisan Sukarela (Dai-dan), yang kekuatannya ±3000
orang, dipimpin oleh Ali Mulyadi Notohadinoto. Setelah Jepang
menyerah kepada Sekutu kemudian buruh SE 21/24 Butai dikumpulkan
277