Page 308 - (New Flip) Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
P. 308

Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia


                oleh  M.  Kalibongso  untuk  memanggil  anggota  PRI  Maluku  agar
                berkumpul kembali sesudah menghadiri Kongres Pemuda di Yogyakarta.
                Radio  Pemberontakan  merupakan  sarana  penegak  moral  prajurit.
                Dengan  suara  Bung  Tomo  yang  menggeledek,  sebagai  pembakar
                semangat pemuda, hadir sebagai "magic voice" yang dapat membakar
                semangat dan naluri untuk berjuang dan merupakan komando ampuh.
                Mula-mula dapat dipergunakan sebuah pemancar kecil diseluruh rumah
                di Embong Mawar, dan jangkauan siarannya hanya cukup untuk Kota
                Surabaya  dan  sekitarnya,  karena  masih  memakai  listrik  suaranya  tidak
                sampai di semua front. Kerabat kerjanya terdiri dari Hasan Basri, Ali Urip
                dan Sumadi.
                        Di tengah-tengah gejolaknya perjuangan, dokter Sugiri berhasil
                menemukan  seorang  wanita  Amerika  yang  kemudian  menjadi  salah
                seorang  pembantu  Bung  Tomo,  yaitu  Ktut  Tantri.   Pidatonya  dalam
                                                                  69
                bahasa Inggris bergema tembus sampai ke luar negeri yang ditangkap
                oleh  kawan  atau  pun  lawan.  Ktut  Tantri  kemudian  terkenal  dengan
                sebutan  Surabaya  Sue,  sebutan  yang  mengingatkan  kepada  sebutan
                           70
                Tokyo  Sue   yang  menjatuhkan  moral  para  serdadu  Sekutu  dalam
                medan pertempuran. Tetapi Ktut Tantri lebih menekankan kepada dasar
                perjuangan  Indonesia  demi  keadilan  dan  perikemanusiaan  untuk
                menghapuskan penjajahan di Indonesia khususnya. Perhatian terhadap
                siaran Radio Pemberontakan sangat besar sekali.
                        Di tengah pertempuran di Surabaya, suara Bung Tomo bergema
                di  atas  dentuman  meriam,  desingan  peluru  dan  kepulan  asap,  jauh
                sampai ke daerah-daerah lain. Ucapan takbir, ―Allah Akbar‖ pada waktu
                pembukaan  dan  penutupan  pidato  Bung  Tomo  sangat  mendalam
                gemanya  di  hati  para  pejuang  yang  kebanyakkan  beragama  Islam.
                Dalam situasi sangat terjepit semacam itu, rasanya tiada gantungan lain
                kecuali kekuasaan dan kehendak Allah semata.
                        Meskipun Menteri Penerangan tidak setuju, ternyata banyak RRI
                (radio  pemerintah)  yang  merelaynya.  Bukan  hanya  di  Surabaya,
                melainkan  seluruh  Jawa  Timur  seperti  Malang  dan  Madiun,  Solo  dan
                Yogyakarta.  Ketika  pecah  pertempuran  10  November  1945,  seluruh
                Jawa merelay Radio Pemberontakan dari Surabaya. Sekelompok pemuda
                Surabaya yang tengah berada di Tasikmalaya  dalam rangka kerjasama
                perjuangan  dikejutkan  dengan  bergemanya  suara  Bung  Tomo  sekitar
                jam  07.00  pagi  melalui  Radio  Priangan  Timur.  Ternyata  Radio  itu




                296
   303   304   305   306   307   308   309   310   311   312   313