Page 305 - (New Flip) Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
P. 305
Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
dilucuti, orang-orang Jepang di Kantor Gula itu telah menyerahkan diri
kepada BKR, malahan pimpinannya Sugawara telah ditahan di Penjara
Kalisosok. Sugawara adalah orang yang menandatangani penyerahan
Kantor Ensuiko kepada Sumarno. Oleh para karyawan Sumarno dipilih
menjadi Kepala Kantor Gula dan Perkebunan Sejahtera dan mendapat
perumusan instansi di Jalan Biliton No. 7 Surabaya.
67
Sutomo sekembalinya dari Jakarta menghubungi RRI Surabaya.
Ia mengemukakan keinginannya mengobarkan semangat rakyat untuk
melawan NICA lewat siaran radio yang disetujui oleh Menteri
Penerangan Amir Syarifuddin. Akan tetapi karena belum mempunyai
pemancar sendiri, dia minta untuk pertama kalinya menggunakan RRI
Surabaya. Pihak RRI tidak keberatan, asal mendapat ijin dari Ketua KNI
Surabaya Dul Arwono atau Residen Sudirman. Sutomo mendatangkan
Dul Arwono ke RRI Surabaya untuk melaksanakan keinginannya
berpidato di corong RRI Surabaya.
Di Jalan Biliton No. 7 pada tanggal 12 Oktober 1945 diadakan
pertemuan antara Sutomo dan beberapa temannya. Di bawah sinar lilin
terbentuklah organisasi pemberontakan yang kemudian dinamakan
Barisan Pemberontakan Rakyat Indonesia. Keesokan harinya beritanya
termuat dalam "Suara Rakyat", di mana antara lain disebutkan bahwa
untuk memperkokoh semangat rakyat yang kini bersifat ekstremistis itu,
pada tanggal 12 Oktober atas persetujuan pemimpin-pemimpin rakyat
jelata (supir becak, kusir, penjual makanan, pemuda kampung yang
berani mati, dan lain-lain) telah terbentuk pimpinan Pemberontakan
Rakyat Indonesia.
Didukng penuh oleh berbagai lapisan masyarakat, terutama
kelas bawah, BPRI tampil sebagai satu badan ekstrim, yang bersama-
sama rakyat akan menimbulkan peberontakan, bahkan berdarah, bila
kedaulatan Republik tersinggung atau bila kehormatan para pemimpin
yang sedang menjalankan diplomasi terancam. Pasukan penggempur
ekstrim ini tidak sudi berunding dengan siapa pun juga, kalau mereka
sedang berontak, selain dengan pemimpin-pemimpin Pemerintah
Republik Indonesia atau badan-badan kebangsaan yang ditunjuk
olehnya. Mereka pun mempunyai Revolutie Zender, Radio
Pemberontakan yang mulai melayang di udara malam setelah jam 7.30,
dan gelombangnya tidak ditentukan. Demikianlah yang termuat di
"Suara Rakyat".
293