Page 34 - (New Flip) Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
P. 34

Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia


                tokoh  Indonesia  dengan  pembesar  Jepang  di  Tokyo  pada  masa  awal
                pendudukannya di Indonesia.
                        Pada awal September 1944, tersiar kabar di berbagai media janji
                Perdana  Menteri  Jepang,  Koiso,  bahwa  Indonesia  akan  dimerdekakan
                ‗kelak di kemudian hari‘. Di tengah kondisi masyarakat Indonesia yang
                baru  saja  berada  di  bawah  pendudukan  Jepang,  janji  tersebut  sangat
                menggembirakan  rakyat.  Bagi  Sukarno,  Deklarasi  Koiso  merupakan
                cahaya  di  ujung  terowongan.  Sesudah  deklarasi  Koiso,  kesempatan
                berpolitik  menjadi  lebih  terbuka  dan  berbagai  kekuatan  mulai
                                                                      1
                menjalankan  siasat  muslihat  terhadap  satu  sama  lain.   Untuk  itu,  di
                berbagai  kota  besar  diadakan  persiapan-persiapan.  Di  Jakarta
                diselenggarakan  rapat  umum  untuk  menyambutnya.  Sukarno  dan
                beberapa pemimpin Jawa Hokokai lainnya berpidato di lapangan Ikada.
                Sejalan dengan pengumuman itu, di Jawa terdapat banyak perubahan.
                Lagu ‗Indonesia Raya‘ diizinkan dinyanyikan, bendera Merah Putih boleh
                dikibarkan  bersama-sama  dengan  Hinomaru.  Selanjutnya  pada
                Desember  1944  diangkat  beberapa  orang  Indonesia  menjadi  sanyo—
                sejajar  dengan  wakil—di  tiap-tiap  departemen.  Jabatan  ini  diadakan
                sebagai  latihan  jika  kelak  diangkat  menjadi  menteri  apabila  Indonesia
                merdeka.  Pada  bulan  Mei  1945  dibentuk  suatu  panitia  bernama
                Docuritsu  Tjunby  Tiosokai  atau  lebih  dikenal  dengan  Badan  Penyelidik
                Usaha-usaha  Persiapan  Kemerdekaan  Indonesia  (BPUPKI).  Lembaga
                tersebut  beranggotakan  60  orang  di  bawah  pimpinan  dr.  Radjiman
                Wediodiningrat.
                        Setelah  kepengurusan  terbentuk,  berbagai  langkah  persiapan,
                termasuk  rapat-rapat  anggota,  segara  diadakan.  Sidang  pertama
                diselenggarakan  tanggal  29  Mei  1945,  yang  dibuka  dr.  Radjiman
                Wediodiningrat.  Dalam  pidatonya,  dia  mengangkat  satu  pertanyaan
                penting,  apa  dasar  negara  yang akan  kita  bentuk  ini?  Sebagian  besar
                anggota  tidak  bersedia  menjawab,  karena  khawatir  akan  membawa
                pertikaian  filosofis  yang  berpanjangan.Diskusi  mengenai  dasar  negara
                baru  dilaksanakan  pada  sidang  keempat,  pada  tanggal  1  Juni  1945.
                Sukarno  saat  itu  berpidato  panjang  lebar,  sekitar  satu    jam,  yang
                berpokok pada lima dasar dalam bernegara. Pidato itu disambut hampir
                semua anggota dengan tepuk tangan yang riuh. Sebelum sidang hari
                itu, dr. Radjiman Wediodiningrat mengangkat suatu panitia kecil yang
                bertugas  merumuskan  kembali  pokok-pokok  pidato  Sukarno.  Mereka
                adalah Ir. Sukarno, Drs. Moh Hatta, Mr. Muh Yamin, Mr. A Maramis, R



                22
   29   30   31   32   33   34   35   36   37   38   39