Page 32 - (New Flip) Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
P. 32
Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Penutup
Begitulah sebuah Proklamasi Kemerdekaan yang ditulis
sesederhana mungkin ternyata berhasil membongkar segala kekuatan
anak bangsa, yang tersembunyi, untuk tampil di atas pentas sejarah.
Ketika yang tersembunyi itu telah keluar, maka tampaklah pula betapa
ke-bhineka-an terhampar di atas pentas sejarah di saat tujuan yang
tunggal—terwujudnya negara- bangsa yang merdeka—hendak dicapai.
Dalam suasana inilah pula ke-bhineka-an itu sempat mewujudkan
dirinya dalam berbagai negara-bagian, yang langsung ataupun tidak,
didukung oleh kekuatan militer Belanda. Tetapi untuk berapa lamakah
struktur kenegaraan seperti ini bisa bertahan?
Ketika Perdana Menteri Republik Indonesia Serikat, Mohammad
Hatta, menerima ―souvereniteit overdracht‖, yang biasa diterjemahkan
Presiden Sukarno sebagai ―pengakuan kedaulatan‖, bukan ―penyerahan
kedaulatan‖, dari Ratu Juliana pada tanggal 27 Desember 1949,
seluruh wilayah Hindia Belanda (kecuali Papua) kembali berada dalam
sebuah kesatuan kekuasaan. Tetapi dinamika selanjutnya dengan begitu
saja melampuai apa yang telah disetujui bersama itu. Ombak dan
gelombang dalam lautan perjuangan kemerdekaan tidak berhenti
begitu saja. Pantai kemerdekaan yang sesungguhnya terasa masih
menunggu.
Maka satu persatu apa yang disebut ―negara bagian‖ itu
bergabung dengan Republik Indonesia, yang beribukota di Yogyakarta,
atau membubarkan dirinya. Pada bulan April 1950 hanya tinggal tiga
―negara bagian‖ dari R.I.S., yaitu Republik Indonesia (dengan ibukota
Yogyakarta, dan akting Presiden Mr. Assat), Negara Indonesia Timur,
dan Negara Sumatra Timur, yang resmi masih berdiri. Akhirnya, setelah
parlemen RIS menerima ―mosi integral Mohammad Natsir‖, maka pada
tanggal 17 Agustus 1950 Indonesia kembali ke negara kesatuan.
Begitulah babak pertama—sebuah babakan sejarah yang dramatis—
dalam usaha mengayuh biduk kemerdekaan telah dilalui.
Tetapi biarlah ingatan dan cacatan sejarah selanjutnya berkisah
dan memberikan kesadaran baru tentang ombak dan gelombang lain
yang menghadang jalan ke arah terwujudnya cita-cita luhur yang
sedemikian indah dirumuskan oleh Pembukaan UUD.
20