Page 30 - (New Flip) Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
P. 30

Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia


                Palembang, mengirim telegram agar kehadiran propinsi Sumatra segera
                diumumkan.  Usul  ini  memang  ditanggapi  tetapi  Medan  telah  mulai
                memperlihatkan tanda-tanda  betapa konflik internal anak bangsa telah
                menjadi kemungkinan yang tak bisa diingkari.

                        Seketika renungan kesejarahan telah dilayangkan maka semakin
                bisalah  dipahami  juga  mengapa  Bung  Hatta  mengingatkan    bangsa
                akan  sebuah  ucapan  seorang  filososof  Jerman,  Nietschze,  bahwa
                revolusi  adalah  pula  saatnya  ketika suasana  Umwertung aller Werte—
                penjungkir-balikan semua nilai—telah terjadi. Dalam situasi seperti ini,
                maka yang diperlukan hanya sebuah kasus sederhana untuk menjadikan
                kesemuanya meledak. Entah kebetulan, entah disengaja,  tetapi ketika
                Sultan Deli mengadakan resepsi di istananya yang megah, ia memberi
                tempat  terhormat  bagi  para  opsir  Inggris  dan  Jepang,  tetapi
                mempersilahkan  pemimpin  Republik    untuk  duduk  di  belakang.
                Mengapa? Berbagai tafsiran pun dibuat tentang arti dari penempatan
                tamu yang terasa menghina ini. Kesimpulan sederhana yang didapatkan
                hanyalah  pembenaran  apa  yang  memang  telah  menjadi  kecurigaan.
                Maka para Sultan dan kaum bangsawan  Sumatra Timur dengan begitu
                saja telah dinilai sebagai kekuatan yang  anti-republik. Kalau telah begini
                keadaannya, di saat semangat revolusi sedang menaik, maka keragaman
                etnis—Melayu,  Batak,  Jawa,  Cina    dan  sebagainya—dalam  konteks
                perbedaan kelas ekonomi dengan begitu saja bisa  mewujudkan dirinya
                dalam  apa  yang  kemudian  disebut  sebagai  ―revolusi  sosial‖.  Sekian
                banyak kaum bangsawan Melayu mati terbunuh, tetapi untung masih
                lebih    banyak    yang  sempat  diselamatkan  oleh    TRI    yang  telah
                terbentuk.  Tetapi  tidak  berapa  lama  kemudian,  dengan  dukungan
                tentara  Belanda,  Negara  Sumatra  Timur  (NST)  pun  berdiri.  Mungkin
                bukan  sebuah  ironi  sejarah,  tetapi  memang  Presiden  NST,  Dr.  T.
                Mansyur,  adalah  Ketua  pertama  dari  Jong  Sumatranen  Bond,  yang
                kemudian ketika telah bernama Pemuda Sumatra, salah satu organisasi
                pelopor dari Kongres Pemuda Indonesia II, yang menghasilkan ―Sumpah
                Pemuda‖ (28 Oktober 1928).
                        Peristiwa  lain  terjadi  di  Siak  Sri  Indrapura.  Seketika  berita
                Proklamasi telah diketahui dan sewaktu T. Mohammad Hasan telah pula
                menampilkan  diri  sebagai  Gubernur  Sumatra,  maka  di  waktu  itu  pula
                secara  spontan  Sultan  dari  kesultanan  yang  didirikan  pada  abad  18
                itu—ketika  Raja  Kecil  dari  Minangkabau  terpaksa  mundur  ke  pulau
                Sumatra karena kalah dalam berhadapan dengan aliansi Melayu–Bugis



                18
   25   26   27   28   29   30   31   32   33   34   35