Page 54 - (New Flip) Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
P. 54
Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Pemerintah Jepang di Tokyo agar memerdekakan Indonesia. Namun,
hingga Jepang kalah, dia tidak mendapat jawaban yang diinginkan.
Maeda berpikir bahwa yang penting Indonesia harus memerdekakan
sendiri. Untuk itu, ia tidak merintangi usaha tokoh-tokoh Indonesia
untuk menyusun naskah proklamasi di rumahnya di Jalan Myakodoori
(Jalan Imam Bonjol 1 Jakarta). Menurut Maeda, selain Angkatan Laut
Jepang, Angkatan Darat Jepang di Indonesia juga setuju untuk
memberikan kesempatan kepada Indonesia menyatakan kemerdekaan.
Dari pendirian tersebut, menurut Maeda ada perintah tidak tertulis di
antara pemimpin Jepang agar menyerahkan senjatanya sedapat
mungkin kepada pejuang Indonesia, dan jika terjadi kontak senjata
dengan pihak Indonesia, serdadu Jepang diminta menembakkan
senjatanya ke atas. Ketika berada di penjara Glodok dan Singapura,
Maeda juga mengatakan bahwa bangsa Indonesia menyatakan
kemerdekaannya sendiri. Tidak mungkin satu orang seperti dirinya
menggerakkan delapan puluh juta orang untuk menyatakan
32
kemerdekaannya.
33
Senada dengan itu, Shigetada Nishijima mempunyai kesaksian
agak berbeda dengan Hatta maupun Bung Karno. Berdasarkan
wawancara Basryral Hamidy Harahap pada November 1990 di rumah
Ny. Adam Malik di Jalan Diponegoro 29 Jakarta, dia berujar bahwa
dirinya dan Laksamana Muda Tadashi Maeda berusaha keras menjaga
nama baik Republik Indonesia, jangan sampai Belanda bisa mengecap
Republik Indonesia sebagai bikinan Jepang. Belanda saat itu berusaha
keras untuk mengecap Republik sebagai bikinan Jepang, karena tanggal
dalam teks proklamasi ditulis ‘05 artinya tahun Jepang bukan ‘45.
Meskipun ia disiksa selama empat hari berturut-turut, ia tetap tidak
mengaku bahwa kemerdekaan Indonesia adalah bikinan Jepang.
Shigetada Nishijima selanjutnya mencatat bahwa dalam rapat
tanggal 16 Agustus malam, ketika merumuskan teks proklamasi,
beberapa orang Jepang memang hadir, yakni Tuan Maeda, Nishijima,
Tomegoro Yoshizumi, dan Miyoshi Shukichiro dari Angkatan Darat.
Sukarni, Chairul Saleh dan pemuda lain berada di luar. Mereka meminta
agar teks proklamasi bernada keras, padahal menurutnya hal itu hanya
akan membuat Sekutu akan memarahi Jepang. Jadi, ketika dirumuskan,
ada perubahan-perubahan, seperti tentang kata ‗penyerahan‘,
dikasihkan atau diserahkan, atau perebutan yang semuanya tidak bisa
diterima sehingga dipilih kata pemindahan kekuasaan, sedangkan
42