Page 79 - Majalah PERHAPI Edisi 007 Juli-September 2021
P. 79
PAPER
82.048.630 ton. Undang-undang (UU) No. 4 tahun
2009 dan Peraturan Menteri (PERMEN) ESDM No.
25 tahun 2018 mewajibkan para pemegang Izin
Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Pertambangan
(OP), IUP Khusus (IUPK) OP dan IUP OP khusus pe-
ngolahan dan/atau pemurnian harus melakukan
kegiatan pengolahan dan/atau pemurnian di dalam
negeri. Untuk komoditas mineral bauksit, batasan
minimum pengolahan dan pemurnian di dalam ne-
geri yang produk akhirnya boleh diekspor adalah
produk Smelter Grade Alumina (SGA), Chemical
Grade Alumina (CGA), alumina hidrat, proppant, dan
logam Al (Anugrah dan Mamby, 2020). Salah satu
daerah di Indonesia yang banyak mengandung
bauksit adalah Kecamatan Tayan, Kabupaten Sang-
gau, Provinsi Kalimantan Barat. Pada daerah ter-
sebut sudah terdapat pabrik CGA yaitu PT. Indo-
nesia Chemical Alumina (ICA) dengan produksi
300.000 ton alumina per tahun (Anugrah dan Mam-
by, 2020). Juga terdapat pabrik SGA yaitu PT. Well
Harvest Winning (WHW) dan PT Inalum ANTAM
Alumina yang masing-masing memproduksi dan Gambar 1. Metode Penelitian
1.000.000 ton alumina per tahun (Maulinda dan Pat-
mawati, 2017). Proses pengolahan dan pemurnian di C. HASIL DAN PEMBAHASAN
pabrik tersebut menggunakan proses bayer yang
menghasilkan red mud sebagai produk samping. C.1. Scrubbing (Husaini dan Cahyono, 2009)
Kajian ini bertujuan untuk memberikan inovasi
mengenai proses terintegrasi pengolahan bauksit Metode scrubbing digunakan untuk menurun-
dan pemanfaatan red mud di Tayan, Kalimantan Ba- kan kandungan silika serta pengotor Fe O dan TiO .
3
2
2
rat yang terdiri dari proses benefisiasi bijih, proses Bauksit dengan komposisi 38.95% Al O , 19.67%
2 3
bayer, dan aplikasi pemanfaatan red mud . Proses Fe O , dan SiO total 4.69% diproses menggunakan
2
2
3
terintegrasi ini dibuat dengan mengkonstruksi dia- crusher. Dilanjutkan proses scrubbing dengan mem-
gram alir proses gabungan dari berbagai penelitian variasikan waktu percobaan 0–30 menit dengan
mengenai benefisiasi bijih, proses bayer, dan apli- persen padatan 50% dan kecepatan putaran 30 rpm.
kasi pemanfaatan red mud yang telah dilakukan oleh Penghitungan fraksi ukuran +1,7 mm sebelum
berbagai peneliti terdahulu. scrubbing sebesar 79.58% dan sesudah scrubbing
sebesar 72,75%. Gambar 2 menunjukkan penurunan
B. METODOLOGI PENELITIAN fraksi ukuran +1,7 mm karena adanya gesekan antar
Kajian ini menggunakan data hasil penelitian partikel bauksit.
jurnal dan literatur ilmiah mengenai bauksit yang
dilakukan di Kecamatan Tayan, Kabupaten Sanggau,
Provinsi Kalimantan Barat sepanjang kurun waktu
2009 hingga saat ini. Pengumpulan data dilakukan
melalui pencarian daring dengan kata kunci alu-
mina, bauksit, dan tayan. Sumber kemudian dise-
leksi, dan sumber yang kurang relevan dieliminasi
dari daftar sumber yang akan dikaji. Solusi dimo- Gambar 2. Grafik distribusi ukuran butiran sampel
delkan dalam diagram alir sistem terintegrasi yang sebelum & sesudah scrubbing selama 30 menit
menggabungkan penelitian terdahulu yang meliputi Peningkatan waktu scrubbing berbanding lu-
penelitian benefisiasi bijih bauksit, proses bayer, dan rus dengan pengecilan fraksi ukuran butiran. Pada
aplikasi pemanfaatan produk samping proses bayer. fraksi ukuran +1.7 mm memiliki komposisi 40% Al O ,
2
3
Diberikan juga analisis dan pembahasan yang men- 18.49% Fe O , dan SiO total 4.30%. Setelah 30 menit,
2
3
2
dukung. Kesimpulan diambil dari analisis dan pem- komposisi kimia berubah menjadi 49.54% Al O ,
2
3
bahasan sistem terintegrasi yang dihubungkan de- 17.78% Fe O , dan 1.48 %SiO . Terjadi peningkatan
2
2
3
ngan beberapa literatur dan teori untuk menjawab kadar Al O sebesar 9.54% namun masih belum men-
2
3
tujuan penelitian. Dari kesimpulan yang didapat, capai persyaratan yang ditetapkan yaitu Al O min
3
2
kemudian diolah lebih lanjut sehingga menghasilkan 51%, SiO maks 3% dan Fe O maks 7%. Sehingga
2
2
3
saran. Diagram alir terdapat pada Gambar 1. dapat dilakukan peningkatan waktu scrubbing untuk
MAJALAH PERHAPI EDISI 07/JULI-SEPTEMBER 2021 79