Page 16 - Cerpen Surabaya Bukan Kenangan
P. 16

Suara jantung Dinda seolah-olah terdengar diseluruh
           ruang  tempat  perlombaan  itu.  Tangannya  dingin,  keringat

           juga  tidak  henti-hentinya  mengucur  dari pelipisnya.  Selain
           itu, dia juga mengomat ngamitkan mulutnya karena berdo’a.

                  Kembali nama itu dipanggil oleh dewan juri, “Juara 1

           lomba baca puisi putri diraih oleh Dinda Hardinata dengan
           nomor peserta 15.”

                  Suara gemuruh tepuk tangan menggema di seluruh
           ruangan, Dinda terdiam dan merasa tidak percaya dengan

           apa yang diumumkan oleh dewan juri. Bu Endah menepuk
           pundak Dinda sambil berkata,”Din, Dinda, selamat ya nak.

           Kita bisa jalan-jalan ke Surabaya. Ayo cepat maju ke depan

           untuk menerima pialanya.”
                  Dinda     kaget    karena     bu    Endah      menepuk

           pundaknya,”Ini benar bu, Saya yang jadi juara?” tanya Dinda

           kepada bu Endah.
                  “Iya  benar,  ayo  cepat  maju  ke  panggung  untuk

           menerima pialanya.” Jawab bu Endah.
                  “Ya  Allah  terimakasih  karena  telah  mengabulkan

           do’aku.” ungkap Dinda seraya berjalan menuju ke panggung
           untuk  menerima  pialanya.  Sebenarnya  dia  tidak  hanya




                                                                              12
   11   12   13   14   15   16   17   18   19   20   21