Page 14 - MATERI AJAR MODUL 1 KB 3_I PUTU AGUS SUHENDRA ADI PUTRA (1)
P. 14
terbaik, dan karena itu pengkajian terhadapnya marak dilakukan. Wacana
masyarakat madani sering diparalelkan dengan konsep civil society dalam
perspektif Barat. Sekelompok ilmuan muslim berpandangan bahwa
“masyarakat madani” lebih memiliki nilai-nilai yang relevan untuk diangkat
dalam kehidupan masa kini, daripada civil society.
Konsep masyarakat madani secara umum merujuk pada kehidupan
masa Nabi, terutama pada periode Madinah. Pada masa tersebut Nabi
Muhammad dipandang telah berhasil meletakkan dasar-dasar bagi
kehidupan masyarakat yang damai dalam konteks masyarakat yang
majemuk.
Penulis buku ini adalah seorang ilmuan yang memiliki reputasi yang
meyakinkan. Ia adalah putra Sayyid Ramadan, dan cucu Hassan al-Banna,
seorang ulama Mesir terkenal dan pendiri Ikhwān Muslimūn. Setelah
memperoleh gelar MA (Filsafat dan Sastra Perancis) dan Ph.D (Studi Islam
dan Bahasa Arab) di University of Geneva, ia mendalami khazanah
keislaman klasik kepada para ulama Universitas al-Azhar, Kairo. Selain
menulis dan berceramah di berbagai negara, ia mengajar filsafat di College
of Geneva, mengajar Kajian Islam di Fribourg University, menjabat
presiden European Muslim Network (EMN) di Brussels, menjadi peneliti
senior di St. Antony‟s College (Oxford), Doshisha University (Kyoto,
Jepang), serta the Lokahi Foundation (London). Di Eropa, ia dikenal sebagai
tokoh muda yang semakin diterima luas, baik di kalangan muslim maupun
nonmuslim, karena pandangan-pandangannya tentang posisi umat Islam di
benua itu. Bahkan, majalah TIME mengangkatnya sebagai salah satu
“inovator dunia di bidang spiritualitas”.
Meskipun buku ini merupakan buku sejarah, namun kajiannya tidak
hanya berhenti sampai di situ. Dari segi pengungkapan peristiwa-peristiwa
sejarah sekitar Nabi, sepintas buku ini secara umum tidaklah berbeda
dengan buku-buku yang lain yang telah lebih dulu ditulis. Justru karya
ulama klasik, terutama Ibn Hisyam, dijadikan rujukan. Secara jujur penulis
mengatakan bahwa buku ini tidak bermaksud menandingi sumber-sumber
klasik, tidak juga untuk menyingkap fakta baru, atau menafsir ulang secara
orisinal dan revolusioner sejarah kenabian (hal. ix).
Meskipun demikian, buku ini tentu memiliki keistimewaan tersendiri.
Sepanjang sejarah di dalam kesadaran setiap muslim, Nabi Muhammad
menempati posisi khusus, dari zaman awal hingga sekarang ini. Di samping
mengungkapkan sisi-sisi kenabian dan kerasulan, analisa yang cukup tajam
juga diberikan pada sisi-sisi kemanusiaan Muhammad yang
mengantarkannya menjadi pemimpin yang sukses. Titik pijak yang
dipegangi penulis adalah bahwa Muhammad tidak lain adalah manusia
biasa, namun beliau diberi tugas mengubah dunia dengan cahaya wahyu dan
ilham dari Tuhannya. Kenyataan bahwa dirinya dipilih dan diberi ilham oleh
Tuhan tapi juga sepenuhnya menerima sifat kemanusiaannya telah dijadikan
teladan dan panutan orang beriman. Meskipun Muhammad menjadi pilihan
Tuhan sebagai nabi dan rasul, ia tidak pernah kehilangan kualitas
kemanusiaannya. Penulis menjadikan kedua hal ini kualitas
kemanusiaannya sebagai seorang manusia dan keteladanannya sebagai
seorang nabi sebagai fokus kajiannya.
11