Page 159 - Educational HYpnosis
P. 159
Educational Hypnosis (2018)
Free Ebook by Zainurrahman, S.S., M.Pd., CHt.
Zonahypnosis.wordpress.com
memaafkan karena Anda ingin menjadi pribadi yang lebih baik dan Anda
mengharapkan agar Anda bisa belajar lebih baik hari ini.” Setelah mengatakan hal
tersebut, saya meminta mahasiswa tersebut mengambil satu napas panjang dan
dalam dan menghembuskan kembali. Saya kemudian mengulangi sugesti
tersebut. Saya kemudian menanyakan “Apakah Anda mengerti apa yang saya
sampaikan?” Mahasiswa tersebut memandang ke arah saya dan menganggukkan
kepala sambil menjawab “Saya mengerti, Pak.” Saya sama sekali tidak
menanyakan “Apakah Anda bersedia memaafkan...” karena saya yakin hal ini
menyebabkan pikiran sadarnya menganalisa secara kritis “mengapa saya harus
memaafkan mereka jika mereka menyakiti saya?” Ketika mahasiswa tersebut telah
mengerti apa yang saya sampaikan, satu-satunya pertanyaan saya yang tersisa
adalah “Apa yang Anda rasakan saat ini?” Dan mahasiswa itu menjawab, “Saya
merasa lebih baik, Pak.” Selama kurang lebih dua hari saya mengamati
mahasiswa tersebut dan saya berasumsi bahwa pengakuannya bahwa dia merasa
lebih baik benar-benar terwujud dalam kesehariannya di kampus. Saya juga
mengamati interaksinya, juga proses belajar di kelas. Mahasiswa yang
bersangkutan, terlihat, lebih fokus dibandingkan hari-hari sebelumnya.
Contoh tersebut sebenarnya telah kita alami berulang-kali sebagai pendidik.
Perbedaannya adalah, saya melakukannya dengan memedomani beberapa prinsip
hypnosis dan NLP, dan saya benar-benar merencanakannya dan mengetahui
alasan-alasan dalam setiap protokol singkat yang saya lakukan. Apakah cara yang
saya lakukan di atas menyelesaikan masalah antara dia dan teman-temannya?
Tentu saja tidak. Tetapi saya menyelesaikan masalah yang lebih penting dari
masalah tersebut, yakni pemaknaannya dan perasaannya terhadap masalah yang
dia alami. Mahasiswa tersebut memaknai “teman sebagai pengkhianat” dan ini
akan melahirkan rasa tidak nyaman, emosi negatif, ketika berada di dalam kelas
dimana dia dikelilingi oleh teman-temannya. Dengan emosi negatif atau rasa tidak
nyaman di dalam kelas, mustahil mahasiswa ini mengalami pembelajaran. Yang
telah saya lakukan adalah memberikan makna baru bahwa perasaan yang
menggelutinya akan menghambat kemajuan dirinya. Saya kemudian
menggiringnya untuk membuat keputusan-keputusan bawah sadar (karena yang
bersangkutan sedang berada di bawah kendali emosi, pikiran sadarnya tidak
terlalu kritis) untuk merubah polaritas perasaannya; saya melakukan disasosiasi
antara masalah dan emosi lama dan mengasosiasi emosi baru yang lebih baik.
Singkatnya, saya baru saja menerapkan waking hypnosis.
Saya punya contoh kasus yang lain.
Salah satu masalah yang selalu saya hadapi adalah mahasiswa yang tidak
mampu memutuskan topik penelitian apa yang harus dipilihnya untuk tugas akhir
(skripsi). Terhadap salah satu mahasiswa, saya memberikan beberapa pilihan,
yakni translation, reading, dan writing, sebagai topik penelitiannya. Mahasiswa
152