Page 29 - Educational HYpnosis
P. 29
Educational Hypnosis (2018)
Free Ebook by Zainurrahman, S.S., M.Pd., CHt.
Zonahypnosis.wordpress.com
akan dilakukan oleh siswa tersebut, baik secara sadar maupun tidak, untuk
menghindari hal tersebut; penghindaran ini disebut sebagai flight response. Jika
siswa tersebut dipaksa untuk maju, maka berbagai gejala psikosomatis akan
muncul seperti rasa gugup, gemetaran, dan sebagainya; siswa ini berupaya untuk
menghadapinya dan ini disebut fight response.
Contoh lain dapat saya berikan disini. Suatu saat saya bertanya kepada
seorang mahasiswa saya tentang arti dari frase mother tongue. Spontan
mahasiswa tersebut menjawab “lidah ibu”. Ini mungkin terlihat sederhana dan
bukan masalah serius. Saat informasi (pertanyaan) ini diterima oleh indra
pendengarannya, informasi tersebut diteruskan ke sistem limbiknya. Setelah itu,
karena informasi tersebut mendapatkan porsi perhatian yang cukup, ingatan
jangka pendek mahasiswa tersebut mengakses informasi di dalam ingatan jangka
panjangnya yang relevan dengan pertanyaan tersebut. Mahasiswa ini tahu bahwa
mother artinya ibu dan tongue artinya lidah. Mahasiswa ini tahu bagaimana
membangun dan memaknai frase kata benda (noun phrase) terutama konsep
head dan modifier. Mahasiswa ini kemudian menerjemahkan frase tersebut secara
literal. Mahasiswa tersebut melakukan asimilasi. Mahasiswa tersebut
menggunakan pengalamannya dalam menggunakan kata mother dan kata tongue
untuk menjawab pertanyaan saya. Yang menjadi masalah bagi mahasiswa ini
adalah, dia belum memiliki pengalaman belajar bahwa mother tongue adalah
bahasa ibu atau bahasa pertama. Jika saya memberikan penjelasan kepadanya
tentang mother tongue, itu berarti saya memberikan makna baru terhadap frase
tersebut untuk mahasiswa itu. Saya menyebutkan ini sebagai makna baru, karena
baru bagi mahasiswa tersebut. Kini mahasiswa tersebut, katakanlah, sudah
memiliki pengalaman baru. Kelak pengalaman ini akan sangat memengaruhi
pengalamannya yang berikut, khususnya dalam menggunakan frase mother
tongue.
Asimilasi dan akomodasi adalah proses adaptasi yang dituntut oleh
interaksi antara pengalaman lama dengan pengalaman baru. Dalam teori
pengalaman Dewey, adaptasi semacam ini terjadi karena adanya ketidak-pastian
atau ketidak-puasan terhadap apa yang sudah diketahui (pengalaman lama).
Misalnya, jika saya mengatakan “Salah!” untuk merespons kembali jawaban
mahasiswa di atas. Respons saya akan menuntut adaptasi sistem
pengetahuannya. Dengan kata lain, terjadi pemikiran reflektif untuk beradaptasi;
mahasiswa tersebut berpikir “apa yang salah dengan jawaban saya?” dan
kemudian lahirlah upaya untuk beradaptasi (Miettinen, 2000). Manusia melakukan
adaptasi pengetahuan dengan cara asimilasi dan akomodasi ini. Melakukan
perubahan-perubahan pengetahuan dan kepercayaan untuk mencapai kesesuaian
internal dan kesesuaian eksternal. Oleh karena semua ini berbasis pengalaman,
22