Page 25 - Educational HYpnosis
P. 25

Educational Hypnosis (2018)
                                                                Free Ebook by Zainurrahman, S.S., M.Pd., CHt.
                                                                                Zonahypnosis.wordpress.com

                  pengalaman  ini  akan  menjelaskan  kerja  otak,  penerimaan  dan  akses  informasi,
                  ingatan, dan sebagainya.

                  1.8.  Pengalaman: Pembentuk Arsitektur Otak Siswa

                  Mempelajari  latar  belakang  pengalaman  belajar  siswa  merupakan  salah  satu
                  pekerjaan  besar  yang  dihadapi  oleh  pendidik;  begitu  besarnya  pekerjaan  ini,
                  banyak  pendidik  yang  mengabaikannya  atau  tidak  memperdulikannya.  Latar
                  belakang  pengalaman  siswa  merupakan  pembentuk  awal  jaringan  sinaps  otak
                  mereka. Oleh karena itu, memahami pengaruh pengalaman terhadap kerja otak
                  siswa  (baca:  cara  berpikir)  yang  unik  antara  satu  siswa  dengan  yang  lain
                  merupakan suatu keharusan.

                         Seringkali  kita  berpikir  bahwa  di  dalam  kelas  kita  ada  siswa  yang  cerdas
                  dan ada siswa yang kurang cerdas. Secara umum, kita akan berspekulasi tentang
                  latar  belakang  keluarga,  sekolah  asal,  pergaulan,  pengalaman,  dan  sebagainya.
                  Sebenarnya,  spekulasi  tersebut  tidak  sepenuhnya  keliru.  Lingkungan  keluarga
                  maupun  lingkungan  sekolah  pada  dasarnya  merupakan  medium  bagi  siswa
                  tersebut  untuk  mendapatkan  pengalaman-pengalaman  yang  membentuk
                  arsitektur otaknya. Kita juga harus menyadari bahwa pengalaman belajar mereka
                  saat  ini,  saat  bersama  Anda,  akan  sangat  memengaruhi  pengalaman  belajar
                  mereka di level pendidikan selanjutnya. Jika Anda adalah seorang dosen program

                  sarjana,  Anda  bukan  hanya  sedang  memberikan  pengalaman  belajar  kepada
                  mahasiswa  Anda  untuk  kesiapan  mereka  terjun  ke  dunia  kerja,  tetapi  juga
                  menentukan  seberapa  siap  diri  mereka  dengan  pengalaman  yang  mereka  miliki
                  untuk menempuh pendidikan ke jenjang selanjutnya, program magister.

                         Kesiapan  yang  mahasiswa  Anda  miliki  bukan  sekedar  sejumlah
                  pengetahuan, tetapi juga sikap mental mereka serta kesiapan otak mereka untuk
                  melanjutkan  pendidikan.  Jika  dikaitkan  dengan  pembahasan  ingatan,  dapat  kita
                  sebutkan  bahwa  pengalaman  mereka  dengan  kita  (pengalaman  lama)  harus
                  mampu  bersanding  dengan  pengalaman  mereka  di  pendidikan  selanjutnya
                  (pengalaman baru). Anda sebagai pendidik pasti mengerti konsep linearitas dan
                  konsistensi  disiplin  ilmu,  bukan?  Seringkali  kita  menyaksikan  betapa  sulitnya
                  seorang sarjana ekonomi yang melanjutkan studinya di program magister filsafat
                  terutama jika yang bersangkutan tidak memiliki pengalaman yang cukup tentang
                  filsafat. Individu ini membutuhkan kerja keras ekstra untuk membentuk jaringan
                  sinaps  di  otaknya  ketika  berhadapan  dengan  pengalaman  baru  yang  berbeda

                  dengan pengalaman lamanya.

                         Contoh lainnya  adalah, misalnya  seorang  siswa yang tidak pernah berani
                  maju di depan kelas karena pernah mengalami kejadian yang secara emosional
                  sangat memalukan di sekolah sebelumnya. Kejadian di masa lalunya itu dimaknai
                  sebagai  kejadian  yang  memalukan.  Siswa  ini  mengasosiasikan  “maju  di  depan


                                                             18
   20   21   22   23   24   25   26   27   28   29   30