Page 65 - Educational HYpnosis
P. 65
Educational Hypnosis (2018)
Free Ebook by Zainurrahman, S.S., M.Pd., CHt.
Zonahypnosis.wordpress.com
tersebut tidak relevan dengan aspek penilaian. Meskipun itu tidak sepenuhnya
keliru, namun sebagai guru kita harus melakukan pembinaan dari aspek
intelektual hingga aspek emosional. Jika aspek emosional bukan hal yang kita
nilai, bukan berarti kita melepaskan tanggung jawab dari memberikan dorongan
dan pembinaan emosional agar mereka mampu merealisasikan diri dan
menunjang kemajuan mereka.
Di dalam konteks pembelajaran, emosi positif (bahagia, damai, senang,
dan sebagainya) dan emosi negatif (marah, sedih, takut, dan sebagainya)
memengaruhi berbagai aspek kognisi, termasuk performa berpikir, belajar,
mengingat, fokus, dan pemecahan masalah. Alice M. Isen menyebutkan bahwa
orang yang positif secara emosional memiliki strategi berpikir yang lebih fleksibel
(Isen, dalam Lewis, Jones, & Barrett, 2008:549). Yang dimaksudkan dengan
fleksibilitas strategi berpikir adalah cara suatu materi dipikirkan dan dihubungkan
dengan materi yang lain, dan kemampuam untuk memikirkan materi tersebut
dengan berbagai cara sehingga meniscayakan adanya perubahan cara berpikir
atas materi tersebut jika dibutuhkan. Fleksibilitas strategi bepikir yang dialami
oleh orang dengan muatan emosi positif ini menunjang kemampuannya dalam
pengambilan keputusan, menyimpulkan, atau menentukan respons terhadap
suatu materi atau stimulus. Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa di bawah
kondisi tertentu, khususnya kondisi emosi negatif, strategi berpikir siswa boleh
jadi tidak fleksibel dan akan memengaruhi kemampuan mereka dalam mengambil
keputusan, menyimpulkan, atau menentukan respons terhadap suatu materi atau
stimulus.
Selain itu, emosi juga sangat memengaruhi kemampuan siswa dalam
mengingat sesuatu. Elizabeth A. Kensinger dan Daniel L. Schacter (dalam Lewis,
Jones, & Barrett, 2008:602) menyebutkan bahwa setiap orang seringkali lebih
mengingat kejadian yang memiliki muatan emosional tertentu (baik emosi positif
maupun emosi negatif) dibandingkan dengan kejadian yang bersifat netral dari
segi emosi. Kejadian atau informasi yang memiliki muatan emosional tertentu
merangsang sistem limbik dan amygdala untuk memberikan prioritas perhatian
agar informasi tersebut bisa di-encode, diproses, dan disimpan di dalam ingatan.
Hal ini sudah kita bahas di bagian-bagian sebelumnya tentang ingatan, RAS, dan
pikiran bawah sadar. Informasi ini sangat penting bagi kita, para pendidik, agar
bisa mengelola emosi kita dan emosi para siswa untuk mencapai hasil yang lebih
optimal di dalam pembelajaran. Tentu saja kita dapat memanfaatkan aspek
emosional siswa untuk menunjang kemajuan mereka dalam belajar, baik emosi
positif maupun emosi negatif mereka.
Emosi tidak hanya memengaruhi siswa, tetapi juga memengaruhi guru.
Emosi positif yang memenuhi diri guru akan menunjang performanya sebagai
seorang pendidik. Namun hal ini bukan berarti emosi negatif senantiasa
58