Page 66 - Educational HYpnosis
P. 66
Educational Hypnosis (2018)
Free Ebook by Zainurrahman, S.S., M.Pd., CHt.
Zonahypnosis.wordpress.com
memobilisasi konsekuensi buruk di dalam profesi Anda sebagai seorang pendidik.
Beberapa guru yang saya kenal mampu mengelola rasa khawatir mereka sebagai
pemacu semangat kerja. Namun, ada beberapa catatan penting diberikan oleh
Chris Kyriacou sebagai berikut:
Stress yang dialami oleh guru sudah menjadi salah satu hal yang
didiskusikan oleh para pakar pendidikan. Salah satu penyebabnya adalah
kenyataan bahwa banyak guru yang sebenarnya bagus harus
meninggalkan profesinya sebagai guru disebabkan oleh stress yang mereka
alami. Penyebab utama stress yang dialami oleh guru sepertinya adalah
persepsi guru terhadap lingkungan kerjanya sendiri. Hal lain yang
menyebabkan stress pada guru adalah ekspektasi yang tidak realistik yang
pada gilirannya membuat mereka merasa bahwa mereka tidak terlalu
mampu mengontrol hal-hal yang mereka anggap penting yang relevan
dengan ekspektasi mereka sendiri. (Kyriacou, 2009:157).
Catatan penting lainnya yang berkaitan dengan emosi guru disampaikan
oleh Brophy & Evertson sebagai berikut:
Guru-guru yang berhasil adalah guru-guru dengan pandangan yang
realistik terhadap siswa dan juga terhadap hubungan antara guru dan
siswa. Meskipun mereka cukup menikmati hubungan interpersonal di dalam
profesi mereka, mereka tetap memiliki pandangan profesional. Sebaliknya,
guru-guru yang terkesan kurang berhasil cenderung memiliki pandangan
yang mengurangi kadar profesional mereka (pandangan romantis atau
sebaliknya). Beberapa guru yang kurang handal mengontrol emosi mereka
terkadang merealisasikan emosi mereka dalam bentuk kemarahan dan
hukuman. Bahkan, beberapa guru yang mungkin kecewa atau tersinggung
memandang siswa sebagai “musuh”. (Brophy & Evertson, dalam Marzano,
2007:151).
Mengenai hubungan antara guru dan siswa ini, Kyriacou (2009:102)
menyebutkan bahwa hubungan antara guru dan murid adalah salah fondasi
penting untuk mencapai pengajaran yang efektif. Hubungan antara guru dan
murid terbagi menjadi dua kualitas: (1) otoritas guru terhadap murid, dan (2)
saling menghargai dan komunikasi yang baik.
Siswa harus mengakui bahwa guru memiliki otoritas untuk mengatur dan
mengelola proses pendidikan atau proses belajar mereka, termasuk mengontrol
perilaku mereka. Otoritas guru biasanya dibentuk oleh status, kompetensi,
kemampuan mengontrol kelas, dan kemampuan mengontrol kedisplinan. Keempat
elemen ini sangat memengaruhi penghargaan siswa terhadap otoritas guru.
Namun, Kyriacou menambahkan, hal ini juga dipengaruhi oleh latar belakang
siswa. Jika lingkungan keluarga siswa tidak mengajarkan atau menekankan
59